MDMC Kirimkan Personel untuk Bantu Korban Gempa Maroko

BERGERAK: Al-Afik dan tim MDMC PP Muhammadiyah membantu penanganan pasca gempa di Maroko. (HUMAS/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Beberapa waktu yang lalu, Maroko terdampak gempa bumi dahsyat berkekuatan 6,8 skala richter. Kejadian tragis ini terjadi pada Jumat (9/9) dan telah menelan ribuan korban jiwa serta merusak pemukiman penduduk serta infrastruktur penting di wilayah tersebut.

Data terbaru mencatat bahwa sebanyak 2.862 orang telah tewas, sementara 2.562 orang mengalami luka berat akibat bencana tersebut. Gempa ini diakui sebagai salah satu yang paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir, dan negara Maroko pun berduka atas kerugian yang dialaminya.

Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) di Kerajaan Maroko segera merespons dengan cepat atas kejadian tragis ini. Mereka menggandeng Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) yang berpusat di Yogyakarta untuk memberikan bantuan dan dukungan dalam penanganan dampak gempa di Maroko.

Salah satu anggota tim asistensi dari MDMC yang juga merupakan Dosen Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ditugaskan untuk membantu adalah AI Afik, bersama dengan Wahyu Pristiawan Buntoro, juga utusan dari MDMC PP Muhammadiyah. Mereka berangkat ke Maroko pada Rabu (13/9) dan akan bertugas di sana selama 14 hari.

AI Afik menyebutkan, disana mereka meliputi koordinasi dengan PCIM Maroko, menyusun Rencana Operasi (Renops) untuk menentukan Pos Pelayanan (Posyan). Kemudian membentuk layanan, waktu layanan, dan sumber daya manusia (SDM).

“Kami juga bertanggung jawab untuk melakukan asistensi Manajemen Pos Koordinasi dan melakukan assesmen di lokasi-lokasi yang terdampak gempa. Kami juga ditugaskan untuk berkoordinasi dengan pihak lain,” ujarnya.

Pihaknya menambahkan, tanggung jawab ini berhubungan erat dengan pemangku kepentingan dan organisasi non-pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat lokal dalam menyiapkan SDM. Mereka membantu penanganan pasca gempa.

“Tugas ini sebagai sebuah kebutuhan yang mendesak, bukan hanya sekadar kewajiban. Ia berharap bahwa pengalaman sebagai relawan dalam situasi darurat ini akan menambah keimanan dan kekuatannya. Karena dalam situasi sulit seperti ini, solidaritas kemanusiaan adalah cahaya harapan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan,” tutupnya. (cr11/mg4)