Terdampak Kemarau, Produksi Perikanan Diprediksi Defisit

PENGECEKAN: Petani saat melakukan pemilahan ikan nila yang dibudidayakan di wilayah Kaliwaru Selomartani Kalasan, beberapa waktu lalu. (ADIT BAMBANG SETYAWAN/JOGLO JOGJA)

SLEMAN, Joglo Jogja – Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman menengarai produksi perikanan di Bumi Sembada akan mengalami pengurangan atau defisit. Hal itu, disebabkan karena adanya dampak dari musim kemarau yang terjadi tahun ini.

Kepala DP3 Sleman, Suparmono mengatakan, musim kemarau tahun ini cukup memberi dampak terhadap sektor perikanan. Salah satunya yang kini dirasakan adalah masalah kekurangan air dan serangan penyakit.

“Namun kami terus melakukan berbagai upaya antisipasi untuk menanggulangi hal itu,” terangnya, Rabu (20/9/23).

Pram mengungungkapkan, saat ini, total kolam ikan budidaya di Sleman yang mengalami kekurangan air, tercatat mencapai 126,21 hektare. Atau 11,13 persen dari total 1.134 hektar luas kolam. Kekurangan itu meliputi 75,71 hektare kolam di wilayah Sleman barat seperti Kapanewon Minggir, Moyudan, Seyegan, Mlati, Godean, dan Gamping.

“Tak hanya itu, Sleman sisi utara seluas 7,8 hektar meliputi Kapanewon Tempel, Turi, Pakem dan Cangkringan. Serta wilayah Sleman lain seperti Kapanewon Sleman, Ngaglik, Ngemplak, Kalasan, Prambanan, Berbah, dan Depok dengan luas terdampak 42,7 hektare,” paparnya.

Ia menambahkan, musim kemarau panjang tahun ini juga diprediksi berpengaruh pada produksi perikanan. Bahkan diperkirakan, dua siklus usaha meliputi pertanian dan perikanan dari Mei sampai Oktober bisa mengalami penurunan produksi sampai 2.008,5 ton.

“Data prediksi ini tentu masih dinamis. Tergantung pada kondisi yang terjadi selanjutnya,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia membeberkan, selain masalah kekurangan air dan penurunan produksi, musim kemarau juga berpotensi memunculkan serangan hama penyakit ikan yang signifikan. Hal itu terjadi karena perubahan suhu yang ekstrem pada siang dan malam hari. Sehingga dapat menyebabkan munculnya bakteri.

“Fluktuasi suhu tersebut dapat menyebabkan nafsu makan ikan berkurang. Sehingga antibodi ikan akan mengalami penurunan yang berdampak pada berkurangnya daya tahan ikan terhadap serangan penyakit,” jelasnya.

Namun, ia meminta agar para petani tidak perlu khawatir. Para petani, kata dia, dapat melakukan berbagai upaya antisipasi untuk meminimalisir dampak musim kemarau. Di antaranya dengan mengurangi padat tebar ikan yang dibudidayakan agar dapat mengurangi stres pada ikan.

Selain itu, petani dapat melakukan pemanfaatan teknologi budidaya nila dengan sistem bioflok. Lalu melakukan pergantian pola tebar ikan bersisik menjadi budidaya ikan non sisik. Seperti lele dan patin karena cenderung tidak terlalu membutuhkan banyak air.

“Penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya juga sangat penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan,” demikian kata Pram. (bam/mg4)