Vredeburg Fair Targetkan 51 Ribu Pengunjung

MUSEUM: Salah satu pengunjung Vredeburg Fair 2023 yang tengah mengunjungi pameran, Sabtu (23/9). (MUHAMMAD ABU YUSUF AL BAKRY/JOGLO JOGJA)

KOTA, Joglo Jogja – Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (BLU-MCB) kembali menggelar Vredeburg Fair pada 20 September hingga 23 November mendatang. Dengan berisikan pameran museum dan komunitas, gelaran ini ditargetkan mampu mencapai 51 ribu pengunjung.

Ketua Panitia Vredeburg Fair 2023 Muri Kurniawati menyampaikan, mengusung tema Satoe Tetap Bersatu dan memutuskan untuk menjalankan layanan hingga malam hari. Hal itu sebagai bentuk respon terhadap permintaan tinggi dari masyarakat dan komunitas.

“Tema itu sendiri mencerminkan kerjasama antara museum dan masyarakat dalam menjadikan museum sebagai lembaga pendidikan, yang inklusif dan terbuka. Sehingga, harapannya kali ini dapat mencapai target sebanyak 51 ribu pengunjung,” ujarnya.

Pihaknya menambahkan, selama Vredeburg Fair 2023, akan diadakan Pameran Temporer Museum berjudul SATOE. Dengan mengangkat kisah perjuangan selama periode revolusi di Yogyakarta.

“Serta, menyoroti peran penting Yogyakarta dalam sejarah bangsa. Maka tema SATOE menggambarkan perjuangan yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat yang memiliki satu tujuan sama, yaitu kemerdekaan Indonesia,” imbuhnya.

Pihaknya menyebut, terdapat acara GoweSejarah dengan tema Satu Kayuh, Bersatu, Melaju untuk Museum. Yang akan diadakan pada 15 Oktober mendatang dan diikuti oleh 150 peserta yang bersepeda dari Museum Perjuangan hingga Museum Benteng Vredeburg.

“GoweSejarah dilaksanakan dengan mengunjungi tiga museum sepanjang perjalanan. Selain itu, kami mempersembahkan Gelar Karya Komunitas Ragam Komunitas, Satu Nafas, yang berlangsung sejak 20-24 September 2023,” tuturnya.

Dalam kegiatan ini sendiri, melibatkan 34 peserta dari berbagai museum mitra, sekolah, komunitas seni, sosial, dan kuliner dari UMKM setempat. Pasalnya, gelaran ini merupakan event perdana setelah Museum Benteng Vredeburg bergabung dalam MCB dan mengalami transformasi kelembagaan menjadi Badan Layanan Umum (BLU).

“Dengan perubahan ini, diharapkan museum dapat lebih efisien dan efektif dalam memberikan layanan kepada masyarakat. Serta mendapatkan dukungan dan partisipasi lebih luas dari publik, baik dalam maupun luar negeri,” pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pengunjung, Rohmat Tri Susilo merasa tertarik untuk mengunjungi museum seperti ini. Agar dapat mengenal budaya yang ada di Indonesia.

“Selain sebagai sarana belajar, ini juga menjadikan diri merasa flashback ke jaman study tour dulu. Di sini juga dioramanya bagus dan cocok jika digunakan untuk pembelajaran,” paparnya.(cr11/sam)