MENJAHIT sebenarnya tidak seperti stereotip yang beredar sejak dulu, yakni hanya dilakukan oleh perempuan dewasa. Namun, siapapun boleh melakukannya. Termasuk anak-anak, baik perempuan maupun laki-laki karena keterampilan menjahit tidak terbatasi gender.
Seperti yang berlangsung di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Negeri 4 Sleman. Madrasah memberikan pengajaran menjahit kepada siswa-siswinya. Kegiatan itu masuk dalam pengembangan diri atau ekstrakurikuler. Guru pembimbing ekstrakurikuler, Yuliati mengatakan, kegiatan itu dilakukan untuk mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki siswa.
“Jadi di MTsN 4 Sleman ini membentuk kegiatan ekstrakurikuler. Salah satunya adalah ekstrakurikuler tata busana atau menjahit,” terangnya, Senin (25/9/23).
Yuliati menerangkan, tata busana merupakan keterampilan yang terdiri dari tahap dasar pembuatan pola, pemotongan bahan, hingga menjahit. Menurutnya, ekstrakurikuler ini dilaksanakan untuk melatih siswa dalam penerapan desain, estetika, dan keindahan pakaian yang dibuat.
“Membuat busana sendiri bukanlah perkara mudah bagi seorang pemula. Diperlukan keterampilan, kesabaran, dan ketelitian dalam membuat busana. Dalam pelaksanaannya siswa MTsN 4 Sleman antusias mengikuti ekstrakurikuler tata busana ini,” ungkapnya.
Yuliati menjelaskan, pada kesempatan tersebut, para siswa berlatih membuat pola. Sebelumnya, para siswa terlebih dahulu diberikan teori dasar pembuatan pola hingga nantinya mampu menjahit baju.
Ekstrakurikuler itu bertujuan untuk memberikan ilmu dasar sebagai bekal melanjutkan pendidikan ke jenjang sekolah menengah kejuruan (SMK) pada jurusan tata busana. Sehingga, adanya pelatihan itu didorong untuk menambah keterampilan dan kemandirian siswa.
“Dengan memiliki keterampilan dalam menjahit, siswa bisa secara mandiri membuat busana dalam berbagai mode. Dengan memiliki keterampilan menjahit, siswa memiliki bekal sebagai modal untuk menambah pendapatan dan perekonomian keluarga di masa mendatang,” pungkasnya. (bam/mg4)