Budaya  

Nguri-nguri Budaya lewat Festival Jati Wayang

ANTUSIAS: Sejumlah warga saat mengikuti kirab budaya di Balai Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Minggu (24/9/2023). (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Ratusan warga RW 03 Kelurahan Ngemplak Simongan Kecamatan Semarang Barat melaksanakan kegiatan nguri-nguri budaya melalui Festival Jati Wayang. Kegiatan ini dimulai dengan kirab budaya di Balai Kelurahan Ngemplak dengan membawa patung banteng, naga, dan sedekah bumi dalam bentuk piramida.

Salah satu warga RT 01 RW 03, Ida Ratna mengaku sangat senang dapat mengikuti nguri-nguri budaya di kampungnya. Menurutnya, dengan adanya Festival Jati Wayang ini anak-anak menjadi lebih tahu tradisi budaya Jawa di lingkungan sekitar.

“Selain itu juga mengembalikan nguri-nguri budaya supaya tidak hilang. Dan anak-anak harus tahu ini wayang apa ini wayang apa, agar dikenalkan untuk generasi berikutnya,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Minggu (24/9/2023).

Dari pantauan Joglo Jateng, dari masing-masing RT menunjukkan kreativitas dan keunikannya untuk menampilkan eksistensi kebudayaan jawa mulai, Mereka mengenakan pakaian, properti, hingga make up yang ditonjolkan.

Sementara itu, Camat Semarang Barat, Elly Asmara mengatakan bahwa kegiatan ini telah menjadi salah satu rangkaian nguri-nguri budaya yang dilaksanakan selama sepekan. Diketahui, Festival Jati Wayang sempat vakum selama dua tahun saat pandemi covid-19, dan mulai dilaksanakan lagi pada tahun 2022.

“Hari ini puncak kegiatannya Festival Bukit Jati Wayang, ini adalah napak tilas daerah RW 03 daerah yang dulunya berisi dari warga daerah Citarum yang kemudian ke sini beranak pinak dan menjadi warga sini (RW 03, Red.),” jelasnya.

Terpisah, Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu memberikan apresiasi terhadap kegiatan kebudayaan ini. Hal ini menjadi salah satu perwujudan dari upaya bergerak bersama untuk nguri-nguri kebudayaan, khususnya budaya Jawa yang adi luhung.

“Apalagi, kegiatan ini dilakukan secara konsisten, kegiatan tahunan dan memiliki nilai sejarah dan nilai budaya yang tinggi. Jadi, kegiatan tidak hanya sekedar seremonial saja, ketika selesai semua selesai, tidak seperti itu. Tetapi setiap kegiatan ada misi di dalamnya yang jauh lebih besar, terkait dengan sejarah maupun budaya agar generasi muda ini tidak lupa akan jati diri bangsa,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, para warga sebelumnya juga telah mengikuti rangkaian kegiatan. Yaitu ruwatan desa atau ruwatan pusaka yang merupakan kegiatan bersih-bersih. Tidak hanya bersih-bersih diri, namun juga hal-hal yang ada di lingkungan sekitar.

“Saya sering menyampaikan bahwa sekarang ini merupakan puncak-puncaknya El Nino. Kalau ada rumput atau ilalang kering dan rimbun, supaya dibersihkan untuk mewaspadai adanya kebakaran,” ujarnya. (cr7/mg4)