Asyiknya Belajar PAI dengan Metode Make a Match

Oleh: Fajar Wahyuningsih
GPAI SMP N 3 Petarukan, Kab. Pemalang

MENDESAIN pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) agar tetap menarik di mata siswa, sampai hari ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi guru. Lebih dari itu, stigmatisasi bahwa PAI menjadi mata pelajaran komplementer di antara mata pelajaran lainnya harus didekonstruksi secara cerdas dan elegan.

Untuk merubah paradigma tersebut, guru PAI perlu melakukan upaya agar kesinambungan keberagamaan siswa dalam domain afektif, kognitif, dan psikomotorik tetap terjaga dengan baik. Kemudian stigmatisasi bahwa PAI hanya sebagai mata pelajaran komplemeter bisa terbantahkan.

Guru PAI harus peka dalam melihat keterbatasan siswa dalam mengakses platform digital. Karena tidak semua kapasitas ekonomi orang tua siswa bisa mengikuti irama biaya yang dikeluarkan dengan penggunaan platform tersebut, maka strategi yang lebih humanis harus tetap menjadi opsi alternatif bagi guru PAI. Yakni agar pembelajaran tetap dirasakan oleh siswa yang hidup dalam keluarga kurang beruntung.

Karena itu, skema perpaduan antara pembelajaran berbasis e-learning dengan pembelajaran manual menjadi penting untuk tetap dilakukan. Ikhtiar seperti itu dalam istilah pembelajaran kemudian disebut dengan blended learning.

Agar blended learning dapat berjalan seperti yang diangankan, maka guru PAI harus selalu mengedepankan spirit mengajar dibandingkan dengan spirit mendidik. Kalau dalam konteks pembelajaran berbasis e-learning proses pembelajaran lebih berorientasi pada transfer of knowledge semata, maka ketika proses pembelajaran dengan skema blended learning dijalankan, guru PAI harus lebih mengedepankan transfer of values kepada siswa atau peserta didik.

Model pembelajaran make a match adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa untuk mencari pasangan kartu soal dan jawaban yang telah dibuat oleh pendidik sebelumnya. Batas waktu ditentukan agar tercipta kerja sama antarsiswa untuk menyelesaikannya secara kooperatif. Model ini bisa dijadikan salah satu solusi.

Make a match atau mencari pasangan dapat menjadi salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa. Pembelajaran di kelas dengan menggunakan make a match dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Kelebihan dari model pembelajaran make a match ini yaitu siswa mencari pasangan sambil belajar tentang konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Siswa menjadi lebih aktif, dapat digunakan di semua mata pelajaran dan di semua tingkatan pendidikan, dan kerja sama antarsiswa lebih dinamis dalam suasana yang lebih menyenangkan.

Model pembelajaran ini memerlukan bimbingan terlebih dahulu dari guru, agar tidak terjadi kegaduhan di kelas. Selain itu, waktu juga harus dibatasi agar siswa tidak terlalu banyak bermain. Guru juga harus menyiapkan kartu yang berisi soal dan kartu yang berisi jawaban sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.

Berikut langkah-langkah yang diperlukan dalam metode ini. Pertama, guru menyiapkan kartu yang berisi beberapa konsep yang cocok untuk sesi review. Salah satu bagiannya adalah kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

Kedua, masing-masing siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Ketiga, siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu, diberi poin.

Apabila siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Keempat, guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pembelajaran. (*)