IPK Soroti Kasus Bunuh Diri yang Meningkat

Ketua IPK Indonesia Anna Surti Ariani
Ketua IPK Indonesia Anna Surti Ariani. (DOK.PRIBADI/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Kasus bunuh diri di Kabupaten Bantul semakin memanas akhir-akhir ini. Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia menyuarakan imbauan agar tindakan serupa tidak terjadi lagi, dengan penanganan khusus.

Ketua IPK Indonesia Anna Surti Ariani menyampaikan, kasus ini biasanya diakibatkan depresi yang tidak tertangani maupun permasalahan dalam sosial. Seperti kasus mahasiswi UMY, dimungkinkan tidak mempunyai rumah untuk bercerita tentang keluh kesah yang dialami.

“Salah satu cara paling mudah adalah melalui pertanyaan. Kita dapat bertanya dengan tenang dan sopan. Mengenai alasan kenapa orang tersebut ingin melakukan percobaan bunuh diri,” ungkapnya.

Baca juga:  Unwahas Beri Dukungan untuk Keluarga Korban Bunuh Diri

Pihaknya menambahkan, dengan menggunakan intonasi yang tepat, diharapkan pelaku yang ingin melakukan percobaan bunuh diri mendapat pencerahan. Sehingga mengurungkan niatnya untuk melakukan tindakan tersebut.

“Ketika menjadi pendengar, kita harus menjadi rumah yang dapat dipercaya bagi orang tersebut. Kita harus memastikan alat-alat yang sekiranya dapat membahayakan dan adanya kemungkinan melakukan bunuh diri, seperti tali, obat beracun atau senjata lain,” imbuhnya.

Lebih lanjut, apabila pencegahan proses bunuh diri ini dirasa tidak mampu untuk dilakukan secara sendirian, maka ada kalanya mencari bantuan professional. Melalui pskiater atau psikologis klinis, hotline kemenkes, maupun ajakan langsung ke IGD rumah sakit terdekat.

Baca juga:  Unwahas Beri Dukungan untuk Keluarga Korban Bunuh Diri

“Setelah dirasa masa krisis ini telah berakhir, kita dapat menjenguknya lagi. Karena biasanya beberapa orang yang berencana untuk melakukan suicide atau keinginan mengakhiri hidup telah berhasil melalui masa krisis, akan merasa terbantu adanya dukungan orang sekitarnya,” tandasnya.(cr11/sam)