KOTA, Joglo Jogja – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menghadirkan nuansa tempo dulu dari kawasan cagar budaya Kotabaru dalam pameran bertajuk Kotabaru Indis Abad XX, di Omah Kotabaru, mulai 9 hingga 13 Oktober. Kegiatan itu bertujuan untuk mengenalkan budaya masa kolonial yang merupakan cikal-bakal Kotabaru.
Kepala Dinas Kundha Kabudayan Yetti Martanti mengatakan, pameran Kotabaru Indis Abad XX mengusung tema Mirungkus Budaya Indis dan Jawa dalam Satu Ruang. Di mana, pameran ini hadir di tengah kediaman bernuansa indis yang masih lestari hingga saat ini.
“Di mana fasad bangunan bergaya indis, menjadi salah satu ikon kawasan cagar budaya Kotabaru yang mencoba diangkat sebagai ruang pameran untuk mengajak pengunjung kembali melihat bagaimana sejarah dan latar budaya yang berkembang di kawasan ini,” ungkap Yetti di Omah Kotabaru, Senin (9/10).
Ia menambahkan, pameran ini merupakan salah satu cara untuk memprosikan, lewat visual dan menarasi Kotabaru dengan latar belakang dinamika yang dimiliki. Kotabaru merupakan kota modern pada masanya, sehingga diperlukan informasi sosial budaya dan kesejarahannya yang terjadi pada masa dulu.
“Kita contohkan lokasi pameran ini (Omah Kotabaru, Red) merupakan representasi dari Kotabaru sebagai kawasan indis yang memiliki sejarah dan latar belakang budaya, yang masih eksis sampai hari ini,” jelasnya.
Lanjutnya, salah satu yang dihadirkan adalah venue sebagai representasi kawan indis yang eksis hingga sekarang. Dengan suasana bangunan yang masih original dan lestari, sehingga nantinya akan ada narasi-narasi tentang Kotabaru.
“Jadi di awal abad XX, bangunan ini merupakan hunian yang lengkap untuk pekerja di Kota Yogyakarta, khususnya di pabrik gula yang sangat berkembang. Para pegawai gula yang memiliki jabatan, datang ke Kotabaru dan mendesain seperti negara asalnya, dengan penyesuaian yang ada di Indonesia,” paparnya.
Selain pameran Omah Kotabaru terdapat terdapat materi koleksi keramik yang mencerminkan budaya rijsttafel hadir dalam pameran ini. Koleksi tekstil Batik Belanda, patung kayu, hasil budaya visual yang merepresentasikan relasi Indis dan Jawa.
Semenara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya mengungkapkan bahwa Kotabaru memiliki citra yang kuat. Oleh karenanya, untuk memperkuat branding kawasan ini harus dapat menarik dari sisi persepsi.
Ia menambahkan, untuk memperkuat citra kawasan heritage Kotabaru, pentingnya konsolidasi event atau kegiatan yang premium untuk menghasilkan branding Kotabaru yang positif.
“Selain itu, ada 60 bangunan Indis di kawasan Kotabaru dan ini berpotensi. Artinya, bagaimana 60 titik ini dapat menjadi modal daya saing yang dapat dikonsolidasikan untuk berbagai aktivitas yang positif dalam upaya mengangkat branding Kotabaru,” tegasnya.
Sementara itu, kurator pameran Kotabaru Indis Abad XX, Mikke Susanto menjelaskan, bahwa pameran ini digelar dalam rangka mengekspos wilayah dan bukan objek yang dipamerkan, yakni semacam garden exhibition.
“Pameran ini berbeda dengan kebiasaan-kebiasaan kita, kalau biasanya di indoor (dalam ruangan), kali ini, pameran ini menawarkan arsitektur, kebun, jalan dan lain sebagainya,” imbuhnya.
Pameran digelar di bangunan cagar budaya yang menjadi objek, yang di dalamnya menyimpan berbagai siklus kebudayaan yang di hidup di dalam rumah ini yang mencoba dikemas dalam Kotabaru Indis Abad XX. “Secara tidak langsung kami membidik beberapa koleksi yang merekaulang bagaimana kebudayaan-kebudayaan pada saat itu muncul,” pungkasnya. (riz/all)