Kobela untuk Matematika SD Lebih Hidup

Oleh: Nur Susanti, S.Pd.SD
Guru SDN 01 Pamutih, Kec. Ulujumi, Kab. Pemalang

DALAM pembelajaran matematika di SD, khususnya pada materi perkalian dan pembagian, anak sulit mengingat fakta perkalian dan pembagian. Sehingga anak sudah sedih dulu sebelum belajar. Padahal dasar pembelajaran matematika, operasi hitung itu di hafal lebih dulu, tanpa meninggalkan konsep.

Kesedihan yang terjadi pada anak dapat di karenakan faktor guru, lingkungan, anak itu sendiri, maupun materi yang tidak menarik bagi anak. Di sinilah bagaimana seorang guru atau orang tua menjadikan anak lebih aktif dan senang akan mata pelajaran yang akan di pelajari.

Salah satu strategi menarik akan membangkitkan semangat untuk belajar. Salah satu solusi untuk meningkatkan pembelajaran adalah menciptakan strategi dalam proses pembelajaran anak mandiri tanpa harus ditunggui pendidik/guru. Namun menghasilkan anak yang berkualitas tinggi.

Baca juga:  Belajar Matematika Lebih Komunikatif dengan Neo Snake and Ladder Game

Dengan dikembangkannya model pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem) akan sedikit mengurangi beban siswa. Di mana kebutuhan siswa untuk belajar terpenuhi dan hak bermain pun terpenuhi.

Dari latar belakang itulah, penulis membuat karya yang berupa alat peraga mata pelajaran matematika yang berjudul Kobela (Kotak Belajar Ajaib). Alat ini diharapkan dapat membantu pembelajaran yang Pakem. Dengan alat peraga tersebut, fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agar tampak lebih nyata/konkret.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Dengan digunakannya alat peraga, pesan yang disampaiakan menjadi lebih jelas dan mudah diterima.

Baca juga:  Efektivitas Tangga Pintar dalam Penjumlahan dan Pengurangan Matematika

Menurut aliran tingkah laku, belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dengan respon. Menurut Thorndike, salah satu pendiri aliran tingkah laku, belajar adalah suatu proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) dan respon (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan, atau gerakan). Jelasnya, menurut Thorndike, perubahan tingkah laku itu boleh berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati) atau yang non-konkret (tidak bisa diamati) (Irawan, 1994:2-3).

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Terjadinya perubahan tingkah laku akibat adanya respon terhadap rangsangan berlangsung melalui pengalaman pada seseorang sehingga diperoleh informasi. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.

Baca juga:  TS-TS Gairahkan Pembelajaran Fotosintesis Kelas 4

Kobela adalah suatu kotak kecil yang digunakan untuk belajar (memperoleh ilmu) yang dianggap sebagai barang baru atau aneh. Di dalamnya ada alat yang di gerakan oleh manusia.

Alat peraga Kobela yang kami buat ini mempunyai tujuan antara lain adalah meningkatkan daya konsentrasi/perhatian siswa, meningkatkan kreativitas siswa. Kemudian meningkatkan hasil belajar siswa, serta menyenangkan siswa dalam setiap kesempatan.

Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah guru diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. (*)