BANTUL, Joglo Jogja – Di Gang Pancasila, Padukuhan Kanutan, Kalurahan Sumbermulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, terdapat museum wayang beber pertama di Indonesia. Museum ini didirikan oleh Indra Soroinggeno (38) pada 2017 lalu dengan nama Museum Wayang Beber Sekartaji.
Sang pemilik museum, Indra menceritakan, sejarah tentang wayang dulunya pada saat masih berbentuk relief atau candi semata yang menceritakan bukan seorang dalang, melainkan stapaka atau ahli relief. Dengan memanfaatkan candi sebagai kitab suci raksasa yang digunakan untuk dakwah agama.
Kemudian, setelah adanya wayang beber, cara penyajiannya ditambah menggunakan kombinasi alat-alat lainnya. Seperti gending, lalu ditambah lagi dengan nuansa gamelan.
“Karena candi bersifat tetap, namun masih dipertahankan. Kemudian dicetuskan wayang daun lontar yang muncul di abad 11. Setelah itu, baru lahir wayang beber digenerasi selanjutnya,” ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, pada abad 15 ayah dari Sultan Agung mencetuskan wayang yang bisa digerakkan. Lalu, tokoh di dalam wayang beber dipisahkan satu-satu dan akhirnya menjadi wujud wayang purwo atau kulit.
Sementara itu, Indra sendiri sebelumnya bertahun-tahun bekerja di Eropa dan Amerika. Kemudian, memutuskan pulang dan bekerja di beberapa museum yang ada di Indonesia. Bahkan, hingga mampu mendirikan museum ini sendiri.
“Saya sempat bekerja di Museum Senobudoyo, lalu Dinas Kebudayaan DIY, dan pindah lagi ke Museum Purbakala Pleret. Setelah itu, saya mengambil beasiswa seni di Institut Seni Indonesia (ISI) dan belajar tentang wayang,” tuturnya.
Museum yang dirintisnya ini, didirikan pada 1 Oktober 2017 lalu. Dengan memiliki kurang lebih sekitar 500 koleksi, berupa wayang beber, naskah kuno dan benda-benda cagar budaya lainnya.
“Definisi wayang beber sendiri adalah penggambaran dari karakter alam semesta dan manusia. Beber artinya dibentangkan atau digelar, kemudian dibeberkan kepada masyarakat agar menjadi pesan kehidupan,” pungkasnya.(cr13/sam)