Puluhan Kelompok Budidaya Ikan Terdampak Penutupan Selokan Mataram

MEMANEN: Warga saat memanen ikan Nila di kolam wilayah Burikan, Warak Kidul, Sumberadi, Sleman, belum lama ini. (ADIT BAMBANG SETYAWAN/JOGLO JOGJA)

SLEMAN, Joglo Jogja – Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman mencatat ada sebanyak 28 kelompok pembudidaya ikan di Bumi Sembada yang terdampak penutupan aliran air Selokan Mataram di Bulan Oktober ini. Puluhan kelompok pembudidaya ikan itu, tersebar di empat kapanewon.

Kepala DP3 Sleman Suparmono merinci, kelompok pembudidaya ikan di empat kapanewon yang terdampak itu meliputi, Kapanewon Seyegan, Kapanewon Mlati, Kapanewon Gamping, dan Kapanewon Godean. Pasalnya, total luasan kolam yang terdampak atas pematian aliran air Selokan Mataram adalah seluas 230.120 meter persegi.

“Jika dihitung dengan jumlah produksi ikan sebanyak 831.822 kilogram,” terangnya, Selasa (17/10).

Baca juga:  Terdampak El Nino, Produksi Cabai Turun Ribuan Ton

Pram menambahkan, untuk Kapanewon Seyegan ada tujuh kelompok pembudidaya ikan seluas 82.500 meter persegi dengan produksi sebesar 363.120 kilogram. Sedangkan di Kapanewon Mlati ada enam kelompok pembudidaya ikan seluas 25.320 meter persegi dengan produksi 55.800 kilogram.

Sementara itu, di Kapanewon Gamping ada enam kelompok pembudidaya ikan seluas 15.500 meter persegi dengan produksi 91.152 kilogram. Terakhir, Kapanewon Godean ada sembilan kelompok pembudidaya ikan seluas 106.800 meter persegi dengan produksi 321.750 kilogram.

Meski terdampak signifikan, namun, saat ini pembudidaya ikan di empat kapanewon tersebut sudah melakukan panen awal. Mereka memilih memanen awal ikan mereka sebelum dimulainya perbaikan selokan.

Baca juga:  Terdampak El Nino, Produksi Cabai Turun Ribuan Ton

“Hanya sebagian kecil kelompok yang berbudidaya dengan menggunakan sumur pompa, antara lain di Seyegan dan Mlati,” tuturnya.

Dengan perbaikan Selokan Mataram ini, masing-masing kelompok memanfaatkan waktu dengan melakukan perbaikan kolam dan saluran irigasi. Selain itu, para pembudidaya ikan juga melakukan beberapa langkah untuk mengurangi dampak kekeringan pada ikan mereka.

Para pembudidaya ikan memilih mengurangi kepadatan tebar ikan yang dibudidayakan. Pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan bisa menghindari stress dan menjaga kualitas air. Mereka juga melakukan pemanfaatan teknologi budidaya nila dengan sistem bioflok.

Baca juga:  Terdampak El Nino, Produksi Cabai Turun Ribuan Ton

“Pada teknologi ini budidaya ikan mampu menghemat pemakaian air karena menggunakan water close system yang memungkinkan tidak melakukan penggantian air paling tidak selama dua siklus budidaya,” paparnya.

Disamping itu, mereka juga melakukan pergantian pola tebar ikan dari ikan bersisik ke budidaya ikan non sisik seperti lele dan patin. Hal ini disebabkan karena karakteristik ikan non sisik cenderung tidak memerlukan air yang cukup banyak sebagai media hidupnya.

“Ada juga penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan,” tutupnya. (bam/all)