Jepara  

Pasar Tradisional Masih Sepi

BERDAGANG: Noor salah satu penjual sembako di Pasar Ratu, sedang melayani pembeli di lapaknya, Rabu (18/10/23). (MUHAMMAD AGUNG PRAYOGA/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Sejumlah pasar di Kabupaten Jepara mendadak sepi. Para pedagang menduga ekonomi masyarakat sedang sulit. Karena harga komoditas pangan naik, tidak dibarengi dengan upah kerja.

Kondisi paceklik ini terjadi di beberapa pasar. Mulai dari Pasar Ratu, Kalinyamatan, dan juga Pecangaan. Para pedagang mengeluh atas keadaan pasar yang sepi pembeli yang terjadi selama dua minggu terakhir.

Salah satu pedagang komoditas pangan di Pasar Ratu, Noor mengatakan lapak jualannya mengalami lesu pembeli. Imbasnya, pemasukan menurun sekitar 40 sampai 60 persen.

“Biasanya dapat pegang uang Rp 1.500.000 perhari, tapi sekarang paling mentok di angka Rp 700 ribuan. Itu pendapatan kotornya. Jika keadaan terus seperti ini, kemungkinan besar merugi,” papar Noor kepada Joglo Jateng.

Sementara itu, Laras selaku penjual di Pasar Kalinyamatan menganggap kondisi pasar yang sepi pembeli, lantaran olengnya ekonomi masyarakat. Di tengah harga bahan pangan yang meninggi, tidak diikuti oleh gaji.

Informasi yang diperoleh, sejumlah komoditas pangan seperti beras, gula, dan juga cabai mengalami peningkatan. Sedang gaji tidak, stuck di upah minimum kabupaten sebesar Rp 2.272.626 per bulan.

Bahkan, menurutnya, melambungnya isu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di pabrik atau perusahaan turut menyumbang faktor sepinya beberapa pasar di Kabupaten Jepara. Harga elit, ekonomi sulit.

“Sudah beberapa pekan pasar sepi. Dugaan awal, karena cuaca yang terik yang menerjang Kabupaten Jepara menjadikan pelanggan enggan ke pasar. Ternyata ada lainnya, dan itu begitu beragam,” terang Laras.

Supaya mengatasi lesunya ekonomi, sementara kebutuhan pangan bersifat tiap hari, keduanya inisiatif menjalankan usaha sampingan. Bangunan kosong dijadikan gudang sewaan sampai memiliki lapak jualan berbeda. (cr2/fat)