SLEMAN, Joglo Jogja – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman melalu Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mengaku akan mempercepat pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Tamanmartani, Kalasan. Usai dioperasikan, pihaknya mengaku akan memanfaatkan teknologi daur ulang sebagai basis utama yang diterapkan pada pengoperasiannya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman Epiphana Kristiyani mengatakan, bukan hanya teknologi daur ulang yang dilakukan. Namun, Kompos dan Refuse Derived Fuel (RDF) bakal menjadi dua luaran utama dari proses pengolahan sampah di TPST Tamanmartani.
“Teknologi yang dipakai kalau sampah datang itu dipilah. Kalau sudah dipilah nanti yang organik pasti akan diteruskan dengan dibuat kompos. Yang anorganik nanti bisa diambili, yang laku jual ya dijual yang tidak lalu bersama yang organik nanti akan dibuat RDF,” terangnya kepada Joglo Jogja, Kamis (19/10).
Epiphana menambahkan, pada prinsipnya pembuatan RDF menggunakan teknologi pengeringan untuk mengurangi kadar air. Umumnya RDF berasal dari sampah yang mudah terbakar dan memiliki nilai kalor yang tinggi seperti plastik, karet, kertas, kain dan sebagainya.
Selain itu, dalam proses pengeringan akan menghasilkan RDF sebagai energi terbarukan dalam proses pembakaran. RDF digunakan sebagai bahan pendamping batu bara.
“RDF itu bentuknya semacam kaya batu bara itu, yang nanti digunakan untuk membakar di pabrik,” jelasnya.
Lebih lanjut Epi mengungkapkan , akan ada beberapa mesin yang diproyeksikan dalam operasional TPST Tamanmartani nantinya. Beberapa di antaranya yakni mesin pemilah, mesin pencacah, mesin pengering untuk mengurangi kadar air dan mesin pembuat RDF.
“Sudah ada pabrik yang siap menampung RDF buatan DLH. Komunikasi juga telah dilakukan terkait rencana kerja sama ini,” tuturnya.
Sementara itu, dalam pemanfaatan kompos akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan taman milik DLH Sleman. “Bila berlebih, kemungkinan kompos tersebut akan disalurkan ke Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman,” tutupnya. (bam/all)