SEMARANG, Joglo Jateng – Merti Bumi di Desa Polosiri, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang adalah rangkaian kegiatan yang menyuguhkan kearifan lokal untuk mempertahankan tradisi masyarakat sebagai ungkapan rasa syukur terhadap Tuhan, Sang Pencipta.
Sekretaris Desa Polosiri, Purbo menjelaskan, Merti Bumi diselenggarakan sebagai wujud syukur atas rahmat yang dilimpahkan pada masyarakat.
“Maksud dan tujuan kegiatan Merti Bumi di Desa Polosiri adalah bersyukur kepada Allah atas rahmat dan rizki yang diberikan kepada masyarakat Desa Polosiri,” ungkapnya.
Purbo menambahkan, Merti Bumi juga menjadi wujud doa kepada Allah agar Desa Polosiri dijauhkan dari segala bencana dan didekatkan dengan keselamatan.
Merti Bumi dilaksanakan dengan berbagai rangkaian acara. Mulai dari membersihkan saluran irigasi di persawahan, ziarah kubur, tirakatan, pembacaan Yasin dan Tahlil, serta pembersihan kali dan musala.
Koordinator Desa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Angkatan 81 Posko 6, Aidil mengatakan, pihaknya turut ambil bagian dalam pembersihan kali dan musala.
“Kemudian mengikuti kegiatan rewang-rewang (mempersiapkan makanan, Red.) untuk menyambut Merti Bumi di Kantor Desa Polosiri,” ujarnya, Senin (9/10/2023).
Turut hadir di acara puncak, Indunmawarti selaku Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebudayaan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Semarang.
“Merti dusun dilaksanakan karena sebagai ucap syukur kita. Karena semua budaya kita telah terdokumentasi di dalam nilai-nilai budaya Indonesia merupakan warisan budaya tak bendawi atau bahasa kerennya intengible heritage,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, lewat Merti Dusun, warga dapat ikut serta dalam melestarikan budaya. Pementasan Tayub diyakini menjadi pementasan Tradisional yang melambangkan filosofi kesuburan.
“Sehingga bapak ibu yang memiliki pertanian, peternakan selalu mendapatkan berkah yang berkelanjutan,” sambungnya.
Jika terdapat kegiatan serupa, Indunmawarti berpesan kepada warga agar tidak sungkan untuk melibatkan pihaknya atau bisa diwakilkan oleh pamong budaya di setiap kecamatan.
“Dengan adanya pamong maka ujung tombak nilai-nilai budaya di Indonesia terkhusus di Kabupaten Semarang saged (bisa, Red.) lestari. Tetap lestari Indonesia, lestari nilai-nilai budaya kita yang luar biasa dan mengandung syarat nilai-nilai moral, nilai filosofi yang luar biasa,” harapnya.
Di acara puncak Merti Bumi Desa Polosiri, terdapat serentetan acara seperti doa bersama, pemberian sesaji di tempat yang dianggap sakral, ritual tayuban, cah angon oleh warga, kemudian diakhiri dengan acara wayang sebagai tradisi Jawa.
Mahasiswa KKN Posko 6 berharap dengan adanya kegiatan Merti Bumi di Desa Polosiri, maka kearifan lokal tetap lestari di tengah pesatnya arus dan gejolak modernisasi global. (*/mg4)