SEMARANG, Joglo Jateng – Pengamat politik Universitas Diponegoro Nur Hidayat Sardini (NHS) mengungkapkan terpilihnya Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres pendamping Prabowo Subianto berpotensi menyebabkan perpecahan suara di Jawa Tengah. Hal tersebut karena Jateng merupakan kandang Banteng.
“Ada himpitan yang begitu besar antara pendukung Ganjar-Mahfud dan Prabowo-Gibran, terutama pada Ganjar dan Gibran. Pemilih di Jateng ini punya hubungan historis ideologis dengan dua tokoh itu,” ujar NHS, sapaan akrabnya, saat ditemui langsung di FISIP Undip, Senin (23/10/23).
NHS mengungkap, suara pemilih akan menjadi lebih mahal pada pemilu 2024 mendatang. Meski tak bisa dipungkiri bahwa pemilih di Jateng sudah tersegmentasi.
“Suara itu makin mahal, karena akan jadi rebutan dan kita tahu kalau Jateng itu tidak ada area yang gelap. Artinya, tidak ada pemilih di Jateng yang kira-kira tidak bisa diidentifikasi, karena kalau tidak PDIP maka di luar itu,” bebernya.
NHS juga berbicara sejarah ideologi Jateng yang tak terlepas dari kelompok ideologi nasionalisme, yang mana untuk kedua tokoh baik Ganjar maupun Gibran berhimpitan pada ideologi tersebut. Terlebih, eksistensi PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis dirasa masih cukup kuat di Jawa Tengah.
“Artinya, Ganjar dan Gibran itu benar akan berebut secara ketat untuk memperoleh dukungan dari segmen pemilih di Jateng,” tandas NHS.
Sebelumnya, dukungan kepada Gibran cukup besar datang dari masyarakat Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari relawan Gibran yang menggelar deklarasi di GOR Jatidiri, Selasa 17 Oktober 2023 lalu. Tak hanya deklarasi dukungan secara langsung, baliho wajah Gibran juga bermunculan di berbagai wilayah di Jateng sebelum ia ditetapkan sebagai Cawapres pendamping Prabowo Subianto. (luk/gih)