SEMARANG, Joglo Jateng – Bank Jateng berkomitmen membangun membangun ekonomi perkelanjutan lewat Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). Hal ini guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
“Hal itu sesuai dengan yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 1 nomor 3,” ujar Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan Bank Jateng, Herry Nunggal Supriyadi dalam acara gathering dengan Media Partner Bank Jateng, di Cafe Tiga Surya Semarang, Kamis (26/10/23).
Herry memaparkan, ada empat pilar pergerakan TJSL Bank Jateng, yang pertama Dana Sosial, yaitu kemitraan, seperti modal kerja, capacity building. Kemudian non kemitraan, seperti sosial kesehatan, pendidikan, seni budaya dan cagar budaya.
Selanjutnya yang kedua adalah Pemulihan Ekonomi Daerah (PED), dengan penyaluran bantuan dalam rangka pemulihan ekonomi daerah pascapandemi. Dalam hal ini bantuan yang disalurkan ke kabupaten/kota minimal Rp 1 miliar.
“Berikutnya yang ketiga adalah Program Mitra Jateng 02 (PMJ02), dengan menyalurkan subsidi kredit milenial dan subsidi kredit lapak. Sedangkan yang keempat adalah penyaluran bantuan untuk Program Percepatan Penanganan Kemiskinan (PPPK). Besarnya bantuan yang disalurkan ke kabupaten atau kota juga minimal Rp 1 miliar,” beber Herry.
Sementara itu, untuk sasaran penyaluran TJSL Bank Jateng diperuntukkan kepada masyarakat miskin di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kemudian pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), baik perorangan maupun kelompok.
“Selain itu juga masyarakat rentan miskin di Provinsi Jawa Tengah yang mendapatkan rekomendasi dari gubernur, bupati/wali kota, serta Pemerintah Daerah Jawa Tengah,” imbuhnya.
Ia pun mencontohkan, beberapa program TJSL yang sudah dilakukan, diantaranya dalam hal penanganan stunting, yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, baik di kabupaten maupun provinsi.
“Kita telah laksanakan sosialisasi dan koordinasi dengan kepala puskesmas, kepala desa, programer gizi dan bidan desa. Kemudian juga mengadakan pelatihan bagi kader pendamping intervensi keluarga, serta launching pemberian makanan tambahan atau PMT lokal balita gizi kurang dan bumil KEK atau anemia,” ujar Herry.
Selain itu juga dilakukan penyaluran bantuan untuk Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), di mana suatu hunian atau tempat tinggal yang tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis. Pada umumnya rumah tidak layak huni erat kaitannya dengan pemukiman kumuh. Karena pada dasarnya di daerah permukiman kumuh tergambar kemiskinan masyarakat.
“Dengan pola kemitraan dan non kemitraan dalam pengentasan kemiskinan, Bank Jateng selalu berkolaborasi dengan stakeholder, supaya penyaluran bantuan berjalan efektif, efisien dan tepat sasaran, sehingga semua dapat merasakan nilai manfaat secara bersama-sama. Sejak tahun 2006 Total Penyaluran TJSL Bank Jateng sebesar Rp 321,3 miliar,” ungkap Herry.
Dirinya atas nama manajemen, pada kesempatan tersebut mengucapkan terima kasih kepada media yang menjadi mitra, yang selama ini telah membantu untuk mengawal dan mempublikasikan program-program Bank Jateng kepada masyarakat.
“Kami juga terus menjalin kerjasama dan silaturahmi yang baik kepada semua media dalam meningkatkan kinerja Bank Jateng sebagai bank-nya Masyarakat Jawa Tengah. Kami tidak anti kritik, namun tentunya dalam pemberitaan haruslah berimbang. Seperti yang telah diatur dalam kode etik jurnalistik,” ucapnya. (luk/gih)