PEMALANG, Joglo Jateng – Perayaan Bulan Bahasa merupakan wujud implementasi dari peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang melahirkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Bulan Bahasa seringkali menjadi momentum bagi lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan kegiatan edukatif yang berkaitan dengan praktik kebahasaan dan sastra Indonesia.
Hal demikian juga dipraktikkan oleh SMK Texmaco Pemalang, yang mana pada Jumat (27/10/2023) lalu menggelar perayaan Bulan Bahasa dengan mengadakan serangkaian kompetisi bagi siswa-siswinya. Beragam kegiatan seperti karnaval pakaian adat, lomba kreasi majalah dinding, hingga lomba film pendek digalakkan sebagai bentuk aplikasi memahami literasi.
Kusyati, sebagai guru bahasa Indonesia yang mengawal kompetisi edukatif tersebut menuturkan bahwa menggali potensi serta kreativitas siswa adalah tujuan utama dalam kegiatan ini. Di samping itu, lewat kegiatan semacam ini sekolah ingin menyampaikan bahwa untuk menerapkan nilai keberagaman tidaklah rumit.
“Perayaan Bulan Bahasa ini kita manfaatkan sebagai media untuk menggali kreativitas anak. Kami sangat senang karena dengan kegiatan semacam ini akhirnya tahu bahwa anak memiliki potensi yang terpendam,” ungkapnya.
Nilai-nilai literasi yang berhasil diterapkan juga nampak dalam karya film pendek siswa. Setidaknya ada belasan film pendek yang ikut serta, di mana tema yang mereka bawa dalam filmnya merupakan refleksi dari kehidupan sehari-hari sebagai pelajar.
Sejak awal, Kusyati memang tidak membatasi perihal tema film. Ia hanya menekankan supaya film pendek yang dibuat harus mengandung makna yang menampilkan literasi sosial. Hal ini bertujuan agar siswa lebih sadar dengan realita di sekitar mereka.
“Saya menyarankan siswa untuk membuat film yang syarat akan makna. Dalam artian silakan ambil tema dari kehidupan sehari-hari seperti kenakalan remaja, bullying, narkoba, dan literasi sosial lainnya,” jelasnya.
Pihaknya berharap, dengan mengamati nilai yang diusung dalam film, siswa dapat belajar bahwa kehidupan tidak melulu soal kesenangan. Melainkan selalu ada konflik di dalamnya. Sekaligus melalui festival film yang digelar, siswa diharapakan dapat belajar mengapresiasi karya dan mengasah nalar kritis, terutama di lingkungan sekitar. (c9/mg4)