KOTA, Joglo Jogja – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta mengelar Festival Jogja Kota (Festa) di Stadion Kridosono 3-5 November. Dalam pembukaan kegiatan itu melibatkan 1.500 penari dari kampung tari lengkap dengan pakaian adat jawa. Festa juga dihadiri beberapa Organisasin Perangkat Daerah (OPD) dari luar kota, seperti Kabupate Sragen, Kota Semarang, dan Kota Bandung.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, kegiatan Festa bertujuan untuk memaksimalkan potensi keberadaan kebudayaan masyarakat perkotaan yang berkembang di sekitarnya. Berkembangnya seni budaya di masyarakat Kota Yogyakarta turut dipengaruhi oleh karakteristik Kawasan Cagar Budaya (KCB).
Ia menambahkan, dalam kegiatan Festa ini merupakan kolaborasi empat KCB seperti KCB Kotagede, KCB Kotabaru, KCB Pakualaman dan KCB Kraton. Di mana dalam kegiatan tersebut mengusung tema Rewang.
“Tema rewang merupakan tradisi khas masyarakat Jawa berwujud membantu pihak lain yang sedang memiliki hajatan seperti pernikahan, kelahiran, khitanan dan lainnya. Rewang bagian dari ciri khas kegotongroyongan masyarakat. Serta bukti kesadaran membantu orang lain tanpa pamrih. Ekosistem itu perlu terus dipelihara karena akan menumbuhkan sikap simpati dan empati,” ungkapnya dalam pembukaan Festa di Stadion Kridosono, Jumat (3/11).
Festival Jogja Kota Tahun 2023, akan menampilkan Rewang Hajad Dalem persembahan dari KCB Kraton yang merupakan kolaborasi kemantren Kraton, Ngampilan, Wirobrajan, Mantrijeron, Gedongtengen dan Tegalrejo. KCB Kotabaru kolaborasi Kemantren Gondokusuman, Jetis dan Danurejan persembahan, Dumadining Tugu Golong Giling
“KCB Pakualaman kolaborasi Kemantren Pakualaman, Gondomanan dan Mergangsan, persembahan Bali Rewang. KCB Kotagede kolaborasi Kemantren Umbulharjo dan Kotagede. persembahan Rewangan Rewang,” jelasnya.

Sementara itu, Penjabat (Pj) Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo menambahkan, belum lama ini UNESCO telah resmi menjadikan sumbu filosofi menjadi warisan budaya dunia. Oleh sebab itu, pihaknya mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya Yogyakarta dengan aktivitas-aktivitas budaya yang selama ini sudah dilakukan.
“Rewang adalah budaya kita. Saling tolong menolong, saling membantu apabila tetangga maupun keluarga ada hajatan atau kerepotan. Maka tanpa diminta masyarakat akan saling membantu. Ini adalah salah satu budaya kita yang harus terus kita lestarikan,” jelasnya.
Singgih menambahkan, banyak sekali budaya di Yogyakarta baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Budaya yang tidak berwujud seperti budaya rewang, menari. Sedangkan budaya yang berwujud adalah wayang.
“Aktivitas budaya seperti menari, kuliner yang sekarang ini ada di sini (Festa) adalah refleksi dari pelestarian budaya dan pemanfaatan budaya untuk kesejahteraan masyarakat Kota Yogyakarta. Festival Jogja Kota dengan menghadirkan kawasan cagar budaya menjadi refleksi dari pelestarian budaya,” tuturnya.
Dalam kegiatan itu setiap klaster KCB menampilkan produk-produk unggulan, baik kuliner maupun produk kreatif yang dikemas dalam Warung Kota. Ada juga ada live cooking makanan khas Yogyakarta seperti apem, ada pula produk kerajinan wayang dari botol air mineral bekas. Untuk pembukaan Festa 2023, dimeriahkan dengan penampilan sekitar 1.500 penari dari program Kampung Menari di Kota Yogyakarta.
Semantara itu, Kepala bidang (Kabid) Kepala Bidang Adat Tradisi Lembaga Budaya dan Seni (Dinas Kebudayaan) sekaligus ketua Panitia Festa Tri Sotya Atmi menambahkan, dalam kegiatan festa pihaknya mengundang tiga partisipasi dari luar Jogja, seperti Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sragen, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung.
“Kedatangan mereka ini untuk mengenalkan budaya mereka dan memperkenalkan budaya kita sendiri pada mereka. Sehingga ada kerja sama yang untuk meningkatkan pengetahuan dari budaya ada. Dari semua daerah yang datang mereka menampilkan tarian khas masing masing,” pungkasnya.
Ia berharap, dengan dilakukan kerjasama budaya itu, pihaknya saling mengenalkan budaya yang dimiliki kepada masyarakat. Termasuk nilai-nilai pariwisata untuk meningkatkan wisatawan dapat terwujud nantinya. (riz/all)