KUDUS, Joglo Jateng – Di Dukuh Kanepan, Kelurahan Kerjasan, Kecamatan Kota Kudus, berdiri madrasah yang telah berusia 205 tahun. Madrasah diniyah (madin) yang berdiri pada 8 Rajab 1233 H/14 Mei 1818 M ini bernama Muawwanatul Muslimin.
Kepala Madrasah, KH Miftahul Anwar mengungkapkan, madin ini ada untuk menambah pengetahuan seputar agama Islam. Di samping itu, juga sebagai bukti peradaban pendidikan pertama di Kudus.
“Sebab dulu pengajaran agama di sekolah tidak semasif sekarang. Maka, sebelum itu, berdirilah madin ini yang pertama kali,” paparnya kepada Joglo Jateng, beberapa waktu lalu.
Kiai Miftah menjelaskan, pembelajaran di Madin Muawwanatul Muslimin menggunakan metode pesantren salafiyah tradisional Sorogan. Yaitu seorang guru duduk di lantai dikelelingi santri. Sementara santri mendengarkan keterangan yang disampaikan guru.
“Tetapi seiring berkembangnya zaman, metode pengajaran di Madin Muawanatul Muslimin menggunakan sistem mata pelajaran dan kelas,” jelasnya.
Pembelajaran di madin ini di antaranya berupa Alquran dan tajwid, syariah, serta ilmu bahasa. Biasanya, lanjut Kiai Miftah, pembelajaran dimulai sore hari.
Salah satu Guru Madin Muawwanatul Muslimin, M Chasanuddin menuturkan, ada perbedaan di madin dan sekolah formal pada umumnya. Salah satunya dalam kedekatan antara guru dan murid.
“Nilai kedekatan bukan seperti guru dan murid. Tetapi seperti adik saya sendiri. Dari hal itu, rasa ikhlas untuk mengajar terbawa dengan sendirinya,” ungkap dia.
Di madin ini, Chasan ingin berbagi ilmu dan pengalaman dengan rasa senang. Di samping itu, pengajaran akhlak juga selalu menjadi pegangan para ustaz. Sebab, menurutnya, ilmu yang di dapat dan praktik di masyarakat oleh para santri nantinya menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pendidikan.
“Banyak alumni madin yang telah sukses mengembangkan diri dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Dan ini berkat para kiai kita yang secara konsisten mendidik santri dengan keikhlasan dengan niat Lillahi ta’ala,” demikian kata Chasanuddin. (cr8/mg4)