KUDUS, Joglo Jateng – Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi ekonomi dalam suatu periode tertentu. Baik atas dasar harga yang berlaku atau konstan. Di Kudus, PDRB saat ini tercatat Rp114,6 juta atau meningkat Rp 6,45 juta setara 2,23 persen jika dibandingkan pada tahun lalu.
Mewakili Ketua BPS Kudus, Kasubag Umum, Dian Sudarmanto, menjelaskan, dari sekian kategori PDRB sektor lapangan usaha. Sektor industri selalu mendominasi.
“Dari PDRB, kita bisa melihat sektor apa saja yang mendukung kemajuan wilayah. Misalnya, di Kudus ini paling banyak industri pengolahan khususnya industri rokok,” jelasnya pada Forum Group Discussion (FGD) Peningkatan Kualitas Data Penyusunan PDRB Tahunan dan Triwulanan Kabupaten Kudus, Selasa, (07/11/2023) di hotel @Home.
Melalui FGD ini, lanjut Dian, memberi pemahaman dan wawasan akan pentingnya data. Baik bagi pemerintah swasta, dunia usaha dan masyarakat.
“Menjadi penting karena dari data ini kita bisa melihat distribusi data per sektor kegiatan ekonomi. Pada 2020 laju pertumbuhan PDRB mengalami penurunan. Hingga akhirnya pada 2022 pertumbuhan mulai meningkat,” imbuhnya.
Dijelaskannya, proses survey data didapat dari internal dan eksternal. Diantaranya pengelolaan internal oleh seksi distribusi, produksi dan sumber dari seksi neraca. Sementara, eksternal bisa didapat dari OPD, dan beberapa dinas terkait, data koperasi hingga industri.
“Seksi distribusi mengelola data terkait harga konsumen dan produsen untuk guna PDRB. Seksi produksi terkait tanaman pangan, peternakan dan lain-lain. Dan seksi neraca yamg menyusun neraca wilayah statistik ekonomisme melalui survei khusus,” jelas Dian.
Data dari eksternal, kata Dian, OPD, Dinas pertanian, dinas ketahanan pangan dan perikanan. Data utama dari PPRK. Koperasi usaha baik PLN maupun Telkom.
“Dinas pertanian paling banyak mengisi sektor pertanian. Sementara sector usaha masih didomuniasi industry rokok. Kami berusaha mengoptimalkan data survei sektoral dan kompromim,” katanya.
Usai merilis buku, BPS menyimpulkan dua hal PDRB penyumbang terbesar dari lapangan usaha berbasis sektor industry. Dan yang kedua adalah pengeluaran berdasarkan konsumsi rumah tangga, pemerintah dan lain-lain.
“BPS hingga saat ini masih berupaya memenuhi PDRB. Di mana sumber data diperoleh dari survei. Guna bahan evaluasi pemerintah dan pembangunan. Semoga ini membuka wawasan bersama. Dengan harapan, meningkatnya data yang berkualitas,” katanya. (cr8/fat)