Oleh: Iwan Kurnianto, S.Pd., M.Pd.
Guru SMP N 1 Kebakkramat, Kab. Karanganyar
BELAKANGANAN ini banyak guru yang mengeluhkan penerapan Kurikulum Merdeka yang dinilai sulit untuk dipahami dan dilaksanakan. Terlebih, guru matematika yang harus menjelaskan konsep abstrak yang berupa simbol-simbol serta mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari.
Salah satu tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu siswa diharapkan dapat menggunakan matematika sebagai cara bernalar (berpikir logis, kritis, sistematis, dan objektif).
Terkait dengan implementasi pembelajaran matematika dalam Kurikulum Merdeka ini, dibutuhkan sebuah langkah pembelajaran yang benar-benar berpihak pada siswa. Di samping itu memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat mengeksplorasi diri.
Kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah ketepatan pendekatan yang digunakan. Pendekatan yang sering dilakukan guru pada umumnya di lapangan merupakan pendekatan yang berpusat pada guru. Namun, guru masih menyampaikan materi pelajaran matematika dengan pendekatan tradisional yang menekankan pada latihan pengerjaan soal-soal dan penggunaan rumus. Guru aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima materi. Hal ini merupakan salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika.
Berns dan Ericson (2001) menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu konsep pembelajaran yang dapat membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi nyata. Kemudian memotivasi siswa untuk membuat koneksi antara pengetahuan dan penerapannya di kehidupan sehari-hari dalam peran mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan pekerja. Sehingga mendorong motivasi mereka untuk bekerja keras dalam menerapkan hasil belajarnya.
Sementara itu, materi fungsi linear adalah salah satu pokok bahasan matematika yang diberikan pada siswa SMP kelas 8. Dalam proses memberikan pemahaman siswa terkait materi ini, dibutuhkan upaya yang benar-benar mampu membangkitkan minat belajar siswa. Materi fungsi linear berkaitan dengan materi tentang relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. Ketiga materi ini saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan dalam memahaminya.
Pembelajaran pokok bahasan fungsi linear akan lebih mudah dengan mengkaitkanya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa akan lebih mudah menangkap penjelasan tentang ilustrasi pemahaman tentang fungsi linear ketika dikaitkan dengan contoh kejadian dalam kehidupan yang pernah mereka alami. Contohnya dalam memahami fungsi , siswa akan lebih mudah paham dengan kita mengilustrasikan sebuah contoh tarif parkir yang dibayar dalam kurun waktu tertentu.
Dari contoh tarif di atas diberikan keterangan bahwa tarif awalnya adalah Rp 1.000 dan tarif 1 jam berikutnya adalah penambahan Rp 200 untuk kelipatan satu jam berikutnya. Jadi ketika diasumsikan bahwa fungsi atau dalam hal ini adalah adalah tarif yang harus dibayarkan untuk beberapa jam ke depan maka dapat diberikan sebuah rumus . Dalam hal ini fungsi itu adalah sebuah sistem yang di dalamnya memuat sebuah variabel dengan derajat 1 (satu) yaitu dengan bentuk umum .
Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa ada benang merah yang dapat ditarik terkait kesulitan guru dalam melaksanakan pembelajaran matematika pokok bahasan fungsi liner dalam Kurikulum Merdeka sekarang ini. Bahwa pembelajaran kontekstual bisa menjadi salah satu rujukan pendekatan yang dipilih. Karena dalam pendekatan ini, suasana kelas dibawa dalam nuansa kehidupan sehari-hari siswa dalam sebuah contoh kejadian yang pernah dialami.
Dengan suasana yang familiar serta diberikanya ruang seluas-luasnya untuk bereksplorasi, maka akan besar kemungkinan pembelajaran berjalan dua arah yang berdampak positif pada proses pembelajaran. Sehingga materi yang terlihat rumit, dapat tersampaikan kepada siswa secara maksimal. (*)