JEPARA, Joglo Jateng – Ketua Pimpinan Cabang (PC) Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Jepara, Gus Abdullah Badri sampaikan kriteria santri dan pahlawan. Yakni di lanskap irsyadul ijtima’.
Hal itu ia paparkan sewaktu Rihlah ke 15 Rijalul Ansor di Masjid Baiturrohim Desa Sukosono 10/3, Kecamatan Kedung, Kabupaten Jepara. Agenda itu sedikitnya dihadiri 100 warga masyarakat dari berbagai elemen.
Bagi dia, santri dan pahlawan memiliki kesamaan. Yakni dalam kecamata irsyadul ijtima. Sama-sama berperan dan bertindak sebagai pemberi jalan kepara warga masyarakat sekitarnya.
Agenda itu bertemakan ‘Meneladani Perjuangan Para Pahlawan Santri Dalam Berjihad Mengabdi Untuk NKRI’. Gus Abdullah Badri membagi ke dalam tiga aspek.
Pertama, muharror (merdeka atas dirinya sendiri). Dijelaskan langkahnya dengan berangkat mengaji bertujuan untuk mencerdaskan diri. Dengan kata lain, seseorang tersebut bebas dari belenggu kebodohan.
Kedua, muharrir (memerdekakan orang lain). Hadir di tengah-tengah warga masyarakat untuk mengikis kebodohan. Ketiga, khadim (melayani). Turut berperan atau membantu negara maupun alim ulama.
Ketiga aspek itu, ia sambungkan dengan peran lain berupa tahrirul wathon. Pasalnya pada 10 November, ia mengungkap turut serta peran santri dalam mempertahankan kemerdekaan NKRI.
Gus Abdullah Badri menjelaskan, seorang nasionalis Bung Tomo bertanya kepada pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asy’ari tentang hukum jihad. Sebab, bala tentara Inggris dan Belanda akan menyerang Indonesia.
“Waktu 22 Oktober, beliau (mbah Hasyim) menjawab ‘wajib’. Sehingga santri radius 94 Km dari Surabaya dikumpulkan untuk ikut berjihad. Tepat pada 10 November, terjadilah peperangan melawan penjajah,” pungkasnya.
Pada kesempatan itu, Ketua PC GP Ansor Jepara Ainul Mahfudh, Ketua PAC GP Ansor Kedung Sudarmanto serta para jamaah turut mengucapkan selamat Hari Pahlawan. Serta berbahagia atas dinobatkannya Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional dari Jepara. (cr2/fat)