Figur  

Gadis Cantik Piawai Memainkan Wayang

Rizki Rahma Nurwahyuni
Rizki Rahma Nurwahyuni. (DOK PRIBADI/ JOGLO JOGJA)

DEWASA ini, banyak yang beranggapan bahwa generasi muda zaman sekarang, cenderung hidup kebarat-baratan. Bahkan, stigma yang beredar di masyarakat, anak muda kerap dianggap tidak bisa menghargai budayanya sendiri, hingga melupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia.

Stigma yang menggeneralisasikan bahwa generasi muda saat ini lupa dengan budayanya sendiri berhasil dipatahkan oleh Rizki Rahma Nurwahyuni. Sosok yang akrab disapa Rahma itu, justru bertindak sebaliknya. Pasalnya, Rahma sendiri turut andil dalam pelestarian seni dan budaya.

Bagi warga penikmat seni pewayangan di Yogyakarta nama itu, mungkin tak asing lagi. Ia adalah sosok yang dikenal dengan dalang perempuan yang usianya masih muda. Selain itu, peribahasa “Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya” pantas disandangnya.

Pasalnya, darah seni Rahma tampaknya turun dari keluarga. Rahma lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga seniman. Simbahnya merupakan seorang seniman ketoprak. Sedangkan sang ayah, adalah dalang yang telah melanglang buana dari satu pertunjukan ke pertunjukan lainnya.

Baca juga:  Bangga Ikut Sosialisasi Kesehatan Remaja

Sejak kecil, Rahma mengaku telah dikenalkan oleh orang tua akan kesenian, khususnya kesenian Jawa. Seperti wayang, ketoprak, seni tari, semua menjadi makanan sehari-harinya.

“Sejak kecil saya sama kakak, diajak bapak ikut pentas, pindah-pindah lokasinya,” kata Rahma, Kamis (16/11).

Berangkat dari situ, Rahma lantas mengikuti kejuaraan dalang cilik sekitar tahun 2004. Sejak saat itu, perjalanannya sebagai dalang pun dimulai. Bahkan keseriusannya dalam mendalami seni tradisional itu diakui turun dari keluarganya.

Tak heran jika tangan lembutnya tampak lihai memainkan wayang kulit yang digerakkan senada dengan alur dan emosi cerita. Suaranya pun pandai beralih dari tokoh ke tokoh lain.  Tak ketinggalan, kakinya pun cekatan menjepit kecrekan yang bertugas mengatur ketukan ritme emosi cerita wayang tersebut.

Baca juga:  Dosen UGM Raih Juara 2 Young Scientist Award PATPI

Rahma mengaku, keinginan untuk menekuni dunia pedalangan datang dari diri sendiri. Keluarga tidak memaksa, hanya memberikan dukungan kepadanya. Sehingga, semangat dan kegigihan dimunculkan dari dirinya sendiri. Sampai pada akhirnya, kelihaiannya menjadi dalang itu ia manfaatkan untuk meraih sebanyak-banyaknya pengalaman.

Ketika SMA, Rahma pernah ikut dalam pertukaran pelajar dan dikirim ke Makassar. Secara khusus, ia mempersembahkan pertunjukkan wayang di sana. Tak berhenti sampai di situ, Rahma juga membawa branding sebagai “dalang perempuan” ketika mengikuti dimas diajeng, hingga pemilihan Putri Indonesia DIY.

Baca juga:  Tekun Pelajari Bahasa Jepang, Bercita-cita Tinggal di Sana

Hingga sekarang, Rahma masih aktif menjadi dalang, walaupun tidak sesering dahulu. “Bagi saya, salang adalah hobi, bukan pekerjaan. Ini sebagai bukti bahwa Perempuan dan Anak Muda juga bisa punya karya,” tegas alumni Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Ia menegaskan, peluang menjadi dalang perempuan di tengah dominasi laki-laki, membuktikan bahwa tak cuma laki-laki saja yang bisa, tapi perempuan pun mampu melakukannya.

Selama menjadi dalang, Rahma mengatakan bahwa tak ada suara-suara negatif yang sampai di telinganya. Sebaliknya justru banyak orang bangga karena ada perempuan yang berani melestarikan budaya.

“Pesan saya, sebagai anak muda, sebaiknya ikut melestarikan budaya. Tak harus menjadi sama seperti saya. Upaaya pelestarian bisa dimulai dari hal-hal paling sederhana,” ajaknya. (bam/all)