PARA siswa yang tergabung dalam grup Seneng Teater MTs Matholi’ul Huda Pucakwangi tampil memukau mementaskan naskah karya Mast Oim yang berjudul Anjlok 2, beberapa hari lalu. Naskah itu salah satunya mengkritisi keadaan petani yang memprihatinkan saat panen raya tiba.
Harga langsung terjun bebas, hingga tak bisa menggantikan biaya pengolahan lahan. Permasalahan petani yang sangat komplek itu membuat adegan-adegan yang dibawakan sangat unik dan menarik. Para pemain nampak piawai dalam membawakan peran masing-masing meskipun Seneng Teater terbilang baru.
Adegan dimulai dari para petani yang keluar dengan ekspresi mencekam, dari luar panggung masuk pengepul dengan gerakan teatrikal. Semua petani yang awalnya ekspresinya datar tiba-tiba terbelalak dan mengikuti sang pengepul.
Walau awalnya menolak, pada akhirnya mereka menerima karena butuh. Butuh untuk mengolah sawah lagi, dan butuh untuk membayar upah para pekerja. Kelicikan itu semakin menjadi, tatkala seorang laki-laki yang profesinya sebagai pengepul padi memberi arahan kepada Sukinah, tangan kanan yang tugasnya mempengaruhi para petani desa agar percaya kepada tuannya.
Kepala Madrasah, Ma’rifah memberikan apresiasi terhadap kelompok Seneng Teater atas semangatnya. Walaupun belum resmi keberadaan ekstrakurikuler teater di madrasahnya, namun sudah berani berproses sampai sejauh ini. Ia berpesan agar para siswa tetap menjaga semangat itu.
“Teater adalah bermain sandiwara. Artinya kita harus mampu memerankan berbagai karakter di panggung. Ini adalah pembelajaran yang efektif untuk mengenal diri masing-masing. Karakter yang tidak baik untuk diri kita tinggalkan, sementara karakter yang luhur kita gunakan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan, Nur Habibi berpesan agar tidak menggunakan teater sebagai sarana eksis belaka. Menurutnya, teater seharusnya digunakan untuk belajar dan menjadikan percaya diri di masa mendatang.
“Jangan sampai kalian berada di sini hanya untuk eksis belaka. Kalian jadikanlah wadah ini untuk belajar dan mencari pengalaman,” bebernya.
Dia berharap agar mereka tidak berpuas diri. Menurutnya, pertunjukan semacam ini jangan sampai berhenti sehingga harus lanjut ke produksi-produksi selanjutnya.
Siswa-siswi yang terlibat dalam pementasan tersebut di antaranya adalah Syafa, Imel, Amel, Cheisya, Fadhil, Nizam, Nofy, Najwa, Aulia, dan Irma. Meski hanya menampilkan sisi persoalan pertanian di lingkungannya, namun pentas ini juga bisa dinikmati semua kalangan. (lut/mg4)