Kudus  

Orang Tua Wali Diberi Pendampingan Seksual ABK

TERANGKAN: Heni Mustikaningati saat memberikan materi tentang pendampingan perkembangan seksual anak berkebutuhan khusus, beberapa waktu lalu. (UMI ZAKIATUN NAFIS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Perkembangan dan pertumbuhan seksual oleh Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Dari hal ini, SLB N Cendono, Kudus memfasilitasi ruang berupa Seminar Parenting Pendampingan Perkembangan Seksual ABK kepada puluhan orang tua.

Kepala SLB N Cendono, Kuntoro Hadi Wicaksono menuturkan, pentingnya pendidikan seks oleh ABK terhadap orang tua. Sebab, pengetahuan tentang perkembangan dan pola asuh kepada anak juga harus dimiliki orang tua. Agar lebih maksimal penerimaannya terhadap anak.

“Karena kita diberi amanah memberikan pengetahuan dan menjaga kualitas perkembangan siswa. Kita juga harus berkolaborasi dengan para orang tua. Lebih lagi menjelang liburan, agar apa yang kita sampaikan kepada anak tidak terputus dan bisa dilanjutkan orang tua. Khususnya menjelang remaja, orang tua harus bisa menghadapi anak menuju masa pubertas mereka,” tuturnya di sela-sela seminar parenting Rabu (13/12/2023).

FOKUS: Puluhan orang tua saat hadir menerima materi tentang perkembangan dan pertumbuhan seksual Anak Bekebutuhan Khusus, beberapa waktu lalu.

Ditambahkannya, penyampaian pengetahuan seks dari orang tua terhadap anak juga harus menyesuaikan porsi mereka. Sebab, kata dia, penerimaan pemahaman cenderung berbeda antara ABK dan anak lainnya.

“Kalau dari kami tentunya berharap anak-anak kami memiliki jiwa kemandirian dan tetap mengasah kreativitasnya. Ini juga kami fasilitasi melalui beberapa gelar P5. Berupa pelatihan membatik, puisi, menari, hitung cepat hingga memainkan angklung,”

Salah satu wali siswa, Hesti Andini, mengatakan, terkait agenda parenting ini, pihaknya mengaku sudah mendapat berbagai program tentang kesehatan reproduksi dari SLB. Akan tetapi orang tua perlu juga diberikan pemahaman terkait pendampingan kepada anak.

“Orang tua kadang bingung menyikapi anak marah saat sudah masuk ke peralihan remaja. Sementara yang sudah diajarkan kepada anak yaitu pencegahan proteksi terhadap diantaranya larangan bagian tubuh yang disentuh. Hingga usaha menolak ajakan orang asing,” katanya.

Hesti menambahkan, dinamika pendampingan dan perkembangan sosial terjadi ketika pertumbuhan seksual yang muncul jadi aware orang tua dan guru tentang cara menyikapinya. Menurutnya, ABK belum bisa memahami perihal menstruasi dan hormone yang muncul.

“Maka kita sikapi bersama agar harapan kita terhadap anak yang mempunyai kebutuhan khusus bisa memiliki tumbuh kembang yang baik. Dan para orang tua agar tetap semangat untuk belajar cara menyikapi anak ABK dengan tepat,” pungkasnya. (cr8/fat)