Mengekspresikan Potensi Belajar Peserta Didik melalui Pembelajaran PAI Berdiferensiasi

Oleh: Nurjanah Khusnul Khotimah, S.Pd.I., M.Pd
Guru PAI SMAN 1 Purbalingga

DALAM instansi pendidikan, peserta didik memiliki berbagai karakteristik. Di antaranya memiliki minat, kesiapan belajar, gaya belajar, dan bakat yang berbeda satu sama lain. Seperti yang disampaikan Ki Hajar Dewantara, bahwa tidak baik menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan harusnya difasilitasi dengan bijak (Yunazwardi, 2018).

Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran dimana peserta didik memilih sendiri gaya belajar mereka. Kemudian memilih konten yang dipelajari, belajar di lingkungan yang mereka pilih, dan menyampaikan hasil/produk mereka juga sesuai gaya belajar yang mereka sukai.

Purba (2021:27) menyatakan, dalam pembelajaran berdifferensiasi guru tidak menghadapi anak secara khusus satu per satu. Tapi peserta didik dapat berada pada kelompok besar, kecil atau secara mandiri dalam belajar.

Pembelajaran berdifferensiasi sangat penting untuk diterapkan khususnya dalam Kurikulum Merdeka. Begitu pula dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Di kelas XI A3 SMAN 1 Purbalingga, penulis menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang diawali dengan mengetahui gaya belajar siswa.

Penulis menggunakan sticky note warna-warni. Merah untuk gaya belajar kinestetik, kuning untuk gaya belajar visual, dan hijau untuk gaya belajar auditori. Peserta didik mengambil sticky note sesuai gaya belajar mereka, dimana peserta didik sudah mengetahui sendiri dari hasil tes gaya belajar dalam pembelajaran BK. Hasilnya, ada 4 anak memilih kinestetik, 7 anak auditori, dan 25 anak memilih di visual. Sehingga ada satu kelompok kinestetik, 2 kelompok auditori, dan 5 kelompok visual.

Pertama, kelompok kinestetik. Peserta didik mencari sumber belajar mandiri secara online berupa film atau materi terkait sesuai konten yang sudah diambil. Lingkungan belajar yang mereka pilih adalah lingkungan yang terbuka, yaitu sanggar pramuka.

Setelah mereka memahami materi, bertanya, dan sharing dengan pendidik untuk hal yang belum fahami, mereka membuat rencana produk berupa pembuatan film sesuai materi. Kemudian bermain peran sesuai tokoh dalam film mereka. Lingkungan yang dipilih untuk membuat video, mereka pilih sendiri yaitu di kelas, sekitar kelas, sanggar pramuka, dsb.

Kedua, kelompok auditori. Peserta didik masing-masing kelompok mencari sumber belajar sesuai dengan konten yang dipilih. Di antaranya dengan mendengarkan materi yang ada di Youtube maupun materi lain sesuai dengan tema. Lingkungan belajar yang dipilih, satu kelompok di area gazebo dan kelompok satunya di lantai 2 perpustakaan utama.

Mereka berliterasi dengan nyaman, saling sharing, dan diskusi satu dengan yang lain. Hal yang mereka masih bingung dan ragu dikonsultasikan dengan pendidik terlebih dahulu. Setelah mereka memahami materi, mereka membuat produk berupa podcast. Ada yang berperan sebagai narasumber, pewawancara, kameramen, dan editing.

Ketiga, kelompok visual. Masing-masing kelompok memilih tempat untuk berliterasi dengan membaca materi di buku paket maupun materi lain sesuai dengan judul yang dipilih. Mereka memilih ada yang tetap di dalam kelas, ada yang di perpustakaan, dan ada yang di lingkungan terbuka.

Mereka membaca materi, saling diskusi, dan sharing hingga memahami konten yang dipilih. Materi yang belum mereka fahami dikomunikasikan dan ditanyakan ke pendidik. Kemudian mereka membuat produk, ada yang berupa Power Point (PPT), komik, dsb. Mereka mengirimkan tugas melalui Google Drive. Kelompok visual mempresentasikan hasil belajar mereka secara bergantian, kemudian saling sharing dan diskusi sesuai tema.

Dalam pembelajaran berdifferensiasi ada tiga aspek yang harus diketahui oleh seorang guru. Yaitu konten yang akan diajarkan, proses, atau kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kemudian aspek asesmen, yang berupa pembuatan produk yang dilakukan di bagian akhir. (*)