Siswi SMP Ditemukan Gantung Diri

TKP: Lokasi siswi SMP gantung diri di teras belakang rumah di Kecamatan Gunungpati, Selasa (9/1/24). (ISTIMEWA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Pada Selasa (9/1) sekitar pukul 5 pagi, seorang gadis berinisial AKA (13) ditemukan bunuh diri dengan cara menggantungkan diri di teras belakang rumah, di Kecamatan Gunungpati, Semarang. Menurut keterangan Kanitreskrim Polsek Gunungpati, Iptu Endro Soegijarto, korban merupakan siswi di salah satu SMP Negeri di Kota Semarang.

“Ya korbannya masih anak-anak. Gantung dirinya pakai tali pramuka, yang mengetahui pertama itu bapaknya (berinisial H) yang saat keluar ke belakang rumah melihat anaknya sudah dalam posisi gantung diri,” ucapnya saat dikonfirmasi Joglo Jateng, Selasa (9/1/24).

Begitu melihat anaknya gantung diri, bapak korban langsung berteriak memanggil isterinya untuk menyampaikan temuan ini. Saat itu pula kakak korban yang berada di dalam kamar mandi juga sempat mendengar teriakan itu, dan tak lama kemudian bergegas keluar menuju teras rumah.

“Kemudian orang tua korban memotong tali pramuka yang dipakai untuk gantung diri. Setelah itu dibopong, dan dilakukan upaya pertolongan, namun korban sudah tidak ada reaksi. Korban sudah dalam kondisi kaku dan di leher ada bekas jeratan tali yang menghitam,” jelas Endro.

Pihak keluarga korban kemudian menyampaikan kejadian ini ke tetangga terdekat dan sembari menghubungi petugas kepolisian Polsek Gunungpati, termasuk Inafis Polrestabes Semarang untuk dilakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).

“Hasil pemeriksaan dari pihak dokter Puskesmas, diperkirakan korban meninggal tengah malam, dan tidak diketemukan ada tanda tanda kekerasan,” terangnya.

Menanggapi terkait penyebab korban nekat melalukan gantung diri, pihaknya masih melakukan pemeriksan terhadap para saksi dan pihak keluarga. Di samping itu, polisi juga berkoordinasi dengan pihak sekolah untuk mengumpulkan bahan keterangan terkait kejadian ini.

“Anggota kita masih di lapangan untuk Pulbaket. Kita juga akan datang ke sekolahan untuk mencari keterangan keterangan pihak sekolah,” papar Endro.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Semarang, Bambang Pramusinto mengaku telah bertemu dengan kedua orang tua korban di kediaman rumahnya. Dirinya memastikan, alasan bunuh diri bukan disebabkan karena bullying di sekolah.

“Saya sepertinya belum punya kewenangan untuk menyampaikan alasannya, nanti saja beberapa hari bisa komunikasi dengan keluarga. Tapi insyaallah bukan bullying, saya tadi sudah ke lokasi dan komunikasi dengan orang tuanya,” terangnya.

Bambang meminta kepada seluruh siswa di Kota Semarang untuk memanfaatkan fasilitas dari Pemkot Semarang yakni Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM). Hal itu dapat memperkuat mental pelajar di Kota Semarang.

“Selain itu juga sudah ada gerakan-gerakan anti bullying dan anti kekerasan termasuk penguatan mental pelajar,” ujarnya.

Kedepannya, kata Bambang, pihaknya akan lebih memaksimalkan lagi perkembangan mental anak. Adapun cara yang dilakukan seperti kolaborasi antara Satuan Pendidikan (Satpen) dengan berbagai stakeholder.

“Ada Satpen yang paham berkolaborasi dengan masyarakat setempat, tapi ada juga yang belum paham jadi masih eksklusif mengerjakan tugas-tugas pembelajaran sendiri. Nah ini yang nanti kita kuatkan,” ucapnya. (cr7/gih)