UGM Soroti Kolaborasi Pentingnya Perubahan Iklim

JELASKAN: Dosen Departemen Hukum Lingkungan, Fakultas Hukum UGM, Dr. Wahyu Yun Santoso tengah memberikan pemaparan dalam diskusi SDGs, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM) menyoroti adanya kolaborasi, antar sektor dan multidisiplin untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas dan ramah lingkungan.

Purnatugas Menteri Sekretaris Negara RI, Dr. Bambang Kesowo menegaskan, pentingnya pendidikan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Utamanya di sektor pertanian yang sangat terpengaruh.

“Penanganan perubahan iklim seyogyanya telah menjadi penanganan bersama. Sehingga, kolaborasi antar sektor dan multidisiplin menjadi kunci dalam menanggapi tantangan perubahan iklim, demi mewujudkan masyarakat yang cerdas dan peduli lingkungan,” ungkapnya.

Pihaknya menyebutkan, krisis iklim masih menjadi isu kontroversial di kalangan masyarakat, dengan sebagian menganggapnya sebagai proses alamiah. Namun, dunia telah menargetkan mencapai emisi karbon net-zero dan ketahanan iklim pada 2050.

“Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran akan urgensi krisis iklim. Sehingga kita harus turut serta dalam mendukung target global net-zero emission atau bebas emisi karbon dan climate resilience atau ketahanan iklim pada 2050,” jelasnya.

Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pembelajaran, Dr. Wening Udasmoro menyampaikan, UGM berkomitmen mewujudkan Sustainable Development Goals SDGs dalam visi dan misinya. Tujuan strategisnya sesuai dengan penerapan pilar-pilar SDGs menjadi kampus yang ramah lingkungan, berbudaya dan bertanggung jawab secara sosial.

“Dalam menjalankan komitmennya, kami telah melaksanakan berbagai program mahasiswa dan masyarakat. Hal ini mencakup pengembangan visi dan misi sesuai dengan prinsip SDGs, serta melakukan pendataan dan publikasi mempromosikannya kepada masyarakat luas,” ujarnya.

Sedangkan, Dosen Departemen Hukum Lingkungan Fakultas Hukum UGM, Dr. Wahyu Yun Santoso menjelaskan, pendidikan tentang perubahan iklim perlu diintegrasikan dalam kurikulum. Menurutnya, pentingnya empat bidang keilmuan, yaitu Sains, Teknologi, Rekayasa dan Matematika (STEM), untuk memahami krisis iklim.

“Tantangan mengimplementasikan pilar-pilar SDGs dalam pendidikan adalah membentuk siswa menghadapi masa depan yang disebut Abad Lingkungan. Tanggung jawab ini membutuhkan pemahaman mendalam tentang konsep-konsep lingkungan, serta keterlibatan aktif tindakan nyata dan kepemimpinan,” paparnya.(suf/sam)