Libatkan Remaja dalam Pencegahan Stunting

PENYAMPAIAN MATERI: Kegiatan Workshop Pencegahan Stunting Bagi Remaja di Rumah Po Han Jalan Kepodang No.64, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan. Semarang Tengah, Selasa (27/2/24). (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Anantaka Cultural Trust beserta Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS) dan Tanoto Foundation berupaya melibatkan para remaja dalam upaya pencegahan stunting di Kota Semarang. Hal itu lantaran, remaja menjadi salah satu modal yang cukup besar dalam memberikan edukasi kepada sesama kawannya agar anak-anak mereka kelak tidak terkena stunting.

Direktur Anantaka Cultural Trust, Tsaniatus Solihah mengukapkan, para remaja sebentar lagi menginjak usia subur. Mereka juga yang akan menjadi seorang ibu. Sehingga sangat penting untuk remaja memahami apa yang harus dilakukan.

“Program di Kota Semarang sudah mulai digencarkan untuk menurunkan angka stunting. Dimulai anjuran minum tablet tambah darah, cuci tangan, dan lain-lain. Nah ini yang ada kaitannya dengan remaja,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng dalam kegiatan Workshop Pencegahan Stunting Bagi Remaja di Rumah Po Han Jalan Kepodang No.64, Kelurahan Purwodinatan, Kecamatan Semarang Tengah, Selasa (27/2/24).

Meskipun Pemkot Semarang sudah memberikan tambah darah untuk remaja, kata Tsaniatus, akan tetapi masih banyak di antara mereka yang tidak mau meminumnya. Sehingga pil itu hanya sekedar disimpan saja.

“Ada yang hanya disimpan karena merasa rasanya tidak enak diminum. Lalu, mungkin mereka juga merasa tidak anemia, jadi tidak merasa perlu minum pil tambah darah. Padahal edukasi itu sudah disampaikan salah satunya dalam pencegahan stunting,” jelasnya.

Pihaknya ingin mendukung program pemerintah dalam rangka zero stunting. Meski belum sepenuhnya nol persen, namun dirinya berharap dengan adanya keterlibatan kalangan remaja ini memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat.

Selain itu, dirinya juga berharap para peserta dapat melakukan kampanye publik dengan hastag yang sudah disepakati. Sehingga, dari pihaknya akan melihat seberapa besar algoritma dalam pencegahan stunting itu di media sosial.

Sementara itu, Salah satu peserta dari perwakilan Orang Muda Katolik (OMK) Gereja ST Bongsari, Elisabeth Dea Firstalia (24) mengaku paham setelah mendapatkan materi dari narasumber soal stunting. Usai workshop ini, dirinya akan konsen mengedukasi ke teman-teman perempuannya penting untuk mengonsumsi pil tambah darah. Selain itu, untuk secara global, Dea akan memberikan ilmu pengetahuan soal pola makan sehat.

“Kadang-kadang kita kan makan makanan yang aneh-aneh di pinggir jalan dan ternyata baru tahu kalau kadar gulanya banyak banget,” kata dia. (int/adf)