Duh! BPS Kota Semarang Pastikan Ada Inflasi Pangan pada Maret-April, Ini Penyebabnya

Fachruddin Tri Ubajani, Kepala BPS Kota Semarang. (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Memasuki Bulan Puasa, Badan Pusat Statistika (BPS) Kota Semarang memastikan bahwa pada Maret dan April 2024 akan ada inflasi pada komoditas pangan.

Hal itu disebabkan karena permintaan konsumen yang meningkat pada saat Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri.

Kepala BPS Kota Semarang, Fachruddin Tri Ubajani mengatakan, pada Februari lalu angka inflasi di Ibu Kota Jawa Tengah mencapai 0,55 persen, dan year on year (yoy) 2,45 persen. Angka ini dinilai masih dalam kategori bagus.

“Sementara inflasi tahun ini 0,44 persen selama 2 bulan ini. Komoditas penyumbang inflasi terbesar itu beras 0,30 persen. Dilanjut dengan telur ayam ras, nasi dengan lauk, cabai merah, dan daging ayam ras. Artinya 5 ini komoditas pangan semua,” ucapnya.

Baca juga:  Ahli Hukum Unnes: Sebutan PATMAN untuk JATMAN adalah Framing

Lebih lanjut, ia menerangkan, selama Maret 2023 – Februari 2024 lalu, ada sejumlah faktor yang mengakibatkan kenaikan inflasi.

Di antaranya gagal panen raya saat cuaca ekstrem, serta musim kemarau berkepanjangan atau El Nino yang terus terjadi di belahan dunia.

Selain itu, peningkatan permintaan pada bahan pokok, pemilu 2024 dan banjir di beberapa wilayah distributor beras juga berpengaruh terhadap kelancaran distribusi komoditas beras dan bahan pokok lainnya.

Meski begitu, kata Fachruddin, secara yoy inflasi Kota Semarang masih yang terendah nomor tiga di Indonesia yaitu 2,45 persen, setelah yang pertama Kota Bandung sebanyak 1,95 persen, dan DKI Jakarta yakni 2,12 persen.

Baca juga:  Tahun 2025, Kesbangpol Jateng Fokus Penguatan Kondusifitas

“Aman, tapi memang harus hati-hati karena kita akan mengalami masa Bulan Puasa dan ada Idul Fitri pasti terjadi inflasi. Karena kebutuhan masyarakat yang banyak yang tidak diimbangi kecukupan suplai,” katanya.

Ia berharap, dua bulan mendatang kenaikan inflasi tidak sebesar di bulan Februari lalu.

Maka dari itu, TPID berupaya mengerem harga beras sampai stabil. Selanjutnya, baru komoditas pangan lainnya seperti telur, daging, dan cabai.

“Karena orang-orang suka makan gorengan dan sebagainya. Jika penyumbang inflasi di Februari yakni beras tidak segera tertangani, maka bulan Maret beras masih mungkin (harga naik, Red.) karena dipengaruhi suplai yang masuk ke Kota semarang,” ujarnya.

Baca juga:  DLHK Jateng Dorong Masyarakat untuk Kelola Sampah

Dalam antisipasi kenaikan tersebut, kata Fachrudin, Bulog dan Pemkot Semarang mulai mengadakan kembali Gerakan Pasar Murah dan operasi pasar.

“Ini bulan rawan karena tingkat konsumsinya tinggi. Pemkot sudah ada Pak Rahman (Pasar Pangan Rakyat Murah dan Aman, Red.) itu menjadi tamengnya,” pungkasnya.

Lalu ada juga upaya lainnya yang bisa digerakkan. Salah satunya gerakan menanam cabai dan urban farming di lingkup rumah warga. (int/adf)