Museum Islam Nusantara Jadi Wisata Religi Berbasis Masjid

KUNJUNGI: Tampak pengunjung tengah melihat salah satu koleksi yang ada di Museum Islam Nusantara Lasem. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

KECAMATAN Lasem, Kabupaten Rembang, kini memiliki museum sebagai jejak dakwah Islam Nusantara. Bangunan tiga lantai ini merupakan Museum Islam Nusantara Lasem. Lokasinya berada di Kompleks Masjid Jami, Kecamatan Lasem, Rembang. Sekaligus telah diresmikan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) sebagai pariwisata di sektor religi berbasis masjid.

Salah satu Pengelola Museum Islam Nusantara Lasem, Abdullah Hamid menjelaskan, pembangunan museum ini sudah dimulai sejak Desember 2019 lalu, menghabiskan biaya kurang lebih Rp 2,5 miliar. Dengan daya tarik seluruh daun pintu lantai tiga terbuat dari ukiran kayu jati berisi ayat-ayat suci Al Quran.

“Bangunan ini memiliki bentuk yang menyerupai rumah adat Minangkabau, yaitu Rumah Gadang. Tetapi sebenarnya tidak sepenuhnya, hanya ditengahnya itu berbentuk joglo. Artinya, pada masa Sunan Bonang memiliki murid dari sana. Tentunya museum ini menjadi bukti perpaduan adat Jawa dan Minangkabau,” ucapnya.

Lebih lanjut, Lasem sendiri memiliki peran penting dalam dakwah Islam di Nusantara, sehingga sangat penting apabila didirikan Museum Islam Nusantara. Pasalnya, abad 15 muncul Sunan Bonang yang kuat posisinya dalam berdakwah. Kemudian, abad 16 muncul Mbah Sambu. Selanjutnya abad 20 muncul para pendiri NU.

“Museum ini berdiri di Lasem sebelah masjid, karena memang salah satu fasilitas milik masjid. Selain itu wilayah ini memang tonggak sejarah dakwah Islam. Tempat yang paling bersejarah itu menurut kami ya di sini, karena Lasem mewakili tiga periode penting dakwah yang ada di negeri ini,” terangnya.

MENGAMATI: Seseorang sedang berkunjung ke Museum Islam Nusantara Lasem, beberapa waktu lalu. (DYAH NURMAYA SARI/JOGLO JATENG)

Adapun beberapa koleksi dari museum di lantai dua berisi manuskrip, pecahan keramik kuno dan beberapa barang yang punya nilai sejarah tentang Lasem. Kemuudian, sejarah Islam di nusantara, perkembangannya, sampai dengan saat ini Islam masuk secara damai melalui dakwah Wali Songo dan penerusnya.

“Sementara di lantai tiga masih tahap penyelesaian di bagian atapnya. Rencananya akan digunakan sebagai ruang koleksi buku atau perpustakaan. Mulai dari buku sejarah, hikayat dan koleksi lainnya milik tokoh-tokoh di Lasem,” tuturnya.

Pihaknya berharap, masih perlu adanya dukungan dari stakeholder dan pemerintah untuk membina, melestarikan dan manajemennya. Serta masih butuh belajar lagi dalam mengelola museum itu, lantaran tidak hanya diawal saja, tetapi juga dirawat sampai seterusnya.

“Semoga pengerjaan tahap akhir ini cepat selesai, biar kita bisa menikmati sajian benda peninggalan zaman kuno beserta sejarahnya. Yang pasti jadi bahan edukasi generasi mendatang agar lebih mengenal sejarah Lasem,” pungkasnya.(cr3/sam)