BERMODALKAN nekat dan berpegang pada prinsip ‘dimanapun ditempatkan, aku harus lebih dari sekedar mendapatkan ilmu’, Syaloomitha Meirika Maranata (21) menjadi salah satu peserta yang terpilih menjadi Duta GenRe Kota Semarang pada 2023 lalu. Mahasiswi Semester 8 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (Undip) ini awalnya mempelajari isu remaja dengan partnernya di Duta Hukum, Calvin.
Mereka banyak berdiskusi dan bertukar pikiran. Hingga kemudian timbul ide untuk ikut mendaftar menjadi Duta Genre Kota Semarang.
“Sangat amatlah berat dan menantang. Mengingat aku hanyalah seorang perantau, remaja biasa yang bermodal tekad dan semangat. Apalagi aku anak hukum yang agaknya kurang linear dengan cakupan GenRe (Generasi Remaja, Red.) yang lebih condong ke (bidang, Red.) kesehatan,” ungkapnya, Senin (1/4/24).
Mitha, sapaan akrab Syaloomitha kemudian mempelajari materi-materi yang berhubungan dengan program yang dikembangkan untuk penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Selama tiga bulan ia mendalami materi terkait delapan Substansi GenRe (Pendewasaan Usia Perkawinan/PUP, Delapan Fungsi keluarga, HIV/AID, Life Skill, KIE/Advokasi, Gender, Free Sex, dan Napza). Di samping itu juga Kesehatan Reproduksi, Triad Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), serta stunting.
Perempuan kelahiran Jakarta itu kemudian membentuk sejumlah program kerja untuk dipresentasikan. Namun pada saat hari audisi tiba, ia sempat merasa kurang percaya diri saat melihat peserta lain.
“But i always say to my self (tapi aku selalu berkata pada diri sendiri, Red.), ‘tidak usah cari kelemahan orang lain karena tidak ada satupun orang yang mau menunjukkan kelemahannya. Tapi pasti kamu punya keunikan tersendiri. Dan aku mengikuti empat tahapan audisi yaitu tes tertulis, penyuluhan, wawancara, dan diakhiri dengan minat bakat,” kata dia.
Gadis yang lahir pada 09 Mei 2002 ini mengaku bukan merupakan orang yang born with confident. Akan tetapi Mitha yakin bahwa dirinya memiliki hal yang berbeda dari peserta lain.
Ia juga tidak berekspektasi akan jadi pemenang. Namun, dalam mengambil langkah ini, dia tetap senantiasa mengerahkan usaha untuk memberikan yang terbaik dan maksimal.
“Aku sadar aku bukan lah orang yang cukup expert dalam segi pengetahuan GenRe pada saat itu. Makanya aku langsung putar otak gimana caranya dewan juri bisa notice (melihat, Red.) aku dengan keunikan yang aku punya. Aku itu suka banget nyanyi. Jadi saat praktik penyuluhan, aku selingi dengan nyanyian. Dan pada saat tes minat bakat pun aku memilih untuk menyanyi,” terangnya.
Pada saat audisi, Mitha seperti masuk dalam ‘perang duta’. Sebab kebanyakan pesertanya sudah pernah menjadi duta sebelumnya. Baik itu duta bahasa maupun duta fakultas di kampus.
“Cara aku mengantisipasinya adalah dengan memberikan usaha yang maksimal banget. Mulai dari manner (tata karma, Red.), tutur kata, body language, penampilan aku perhatikan semua,” tuturnya.
Menurutnya, seorang duta perlu memperhatikan segala aspek yang ada dalam diri mereka. Yakni brain (kecerdasan), beauty (kecantikan), behaviour (perilaku), dan brave (keberanian).
Mitha paham bahwa dirinya belum sepenuhnya memahami materi GenRe. Sehingga ia mulai banyak membaca dan banyak belajar dengan menerapkan sistem learning by doing dan street learning. Dia suka memperhatikan mentor ketika membawakan materi. Selama dirinya menjadi Duta GenRe pun banyak pelajaran yang ia sampaikan kepada para remaja di Kota Semarang.
“Karena tidak dapat dipungkiri, remaja itu masih dalam tahap mencari jati diri. Jadinya ada hal hal yang menjadi di luar kendali mereka. Aku selalu bilang sama teman-teman remaja, ‘be confident‘,” pesannya.
Dalam menjalankan program kerja, ia memberikan motivasi kepada remaja agar bisa memiliki rada rasa percaya diri. Terlebih, banyak remaja yang ingin terlihat sempurna dari segi fisik dan penampilannya, namun terkadang cara yang dilakukan salah. Seperti diet ketat yang justru menimbulkan anemia dan pola makan yang salah sehingga malah menimbulkan obesitas.
“Bahkan berujung pada anorexia nervosa dan bullimia. Apalagi per tahun 2023, 29 persen remaja putri alami anemia. Itu jadi alasan aku untuk terus kasih edukasi ke remaja di Kota Semarang dengan membawa program kerja aku yaitu Confident (Connection, Infinity, Different),” jelas Mitha.
Selain menjadi Duta Genre Kota Semarang, beberapa prestasi juga pernah ia raih. Di antaranya Juara 3 Lomba Vocal Solo Undip, Juara 2 Lomba Vocal Grup tingkat Kota Jakarta Timur saat duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), serta Juara 3 Vocal Grup tingkat DKI Jakarta.
“Pada saat kuliah aku dipercayakan menjadi Mbakyu FH Undip 2023 setelah mengikuti rangkaian seleksi dan grand final, mengikuti kompetisi Mahasiswa Berprestasi. Aku juga turut aktif sebagai pembicara, volunteer,” kata dia.
Mitha berpesan kepada generasi muda yang tertarik mengikuti kompetisi untuk melihat kapabiltas dan skill yang dimiliki. Jangan untuk menunjukkan kesombongan di depan orang lain.
“Kita punya kewajiban menjalankan tugas kita kedepannya ketika sudah menjadi pemenang,” pungkasnya. (int/adf)