SEMARANG, Joglo Jateng – Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Provinsi Jawa Tengah bakal memprioritaskan subsidi harga bahan pokok (bapok) di 17 daerah. Pemilihan daerah tersebut berdasarkan tingkat kerawanan pangan di wilayah tersebut.
Adapun 17 daerah itu, yakni di Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Batang, Kabupaten Brebes, Kabupaten Demak, Kabupaten Magelang, Kabupaten Pati, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Semarang, Kabupaten Tegal, Kabupaten Jepara, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Kendal, Kabupaten Sragen, Kabupaten Sukoharjo, Kota Magelang, Kota Pekalongan, dan Kota Salatiga.
Kepala Dishanpan Jateng, Dyah Lukisari menyebut, masing-masing wilayah akan dialokasi di dua daerah yang rawan. Sehingga bisa sesuai dengan sasaran dan benar-benar didapatkan masyarakat yang membutuhkan.
“Dua kecamatan per kabupaten. Dipiluh yang berdasar peta kerentanan rawan pangan, masuk dalam prioritas dua dan tiga di kabupaten tersebut,” katanya pada Joglo Jateng, Kamis (18/4/24).
Hal ini merujuk adanya prediksi bapok yang melonjak usai Lebaran ini. Salah satu kebutuhan pokok yang bakal mengalami kelonjakan adalah daging. Kenaikannya bahkan mencapai 10 persen.
“Kalau mendekati hari Lebaran ini banyak yang naik di atas harga pemerintah, terutama yang masih di atas 10 persen,” jelasnya.
Selain daging, pihaknya juga mempreduksi bapok yang mengalami kenaikan ialah beras, gula pasir, bawang putih, dan beberapa komoditas lain. Dyah mengaku untuk mengelola harga bapok jelang Lebaran, ia sudah mengintervensi dengan gerakan pasar murah (GPM). Subsidi transport juga menjadi salah satu cara dalam mengantisipasi kenaikan harga.
“Selain GPM dan subisidi transport, ada juga subsidi harga. Subsidi harga itu sudah meluncur sejak 15 Maret sampai 7 April (kemarin). Harga itu kita subsidi kisaran Rp 2.500 sampai Rp 3.500 per kilogramnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pada tahap ketiga yang akan mendapat subsidi harga di antaranya komoditas beras, gula pasir, bawang putih, dan minyak goreng. Sedangkan program subsidi harga tahap satu dan dua, Dyah menuturkan antusiasme masyarakat begitu luar biasa. Alasannya, bahan pokok yang masyarakat beli memiliki selisih Rp 2.500 hingga Rp.3000 dari harga pasar.
“Kalau tahap ketiga itu ada beras 90 ton, gula pasir 18 ton, bawang putih 3,6 ton, dan minyak goreng 8.640 liter,” bebernya.
Pada program subsidi harga tersebut, beras memiliki harga jual Rp 11.000 per kilogram. Gula pasir Rp 15.000 per kilogram, bawang putih Rp 34.000 per kilogram, dan minyak goreng Rp 14.000 per liternya.
“Sasaran di tahap ketiga ini kita ambil kabupaten/kota yang belum diintervensi, supaya semuanya kebagian. Nanti kita pilih lokasi yang banyak rakyat membutuhkan, daerah miskin lah,” pungkasnya. (luk/gih)