YOGYAKARTA selalu melahirkan seniman muda yang berbakat, salah satunya adalah Fadillah Septiani. Tangan andalnya itu berhasil menjadikan aneka bentuk jajanan pasar menjadi motif batik tulis.
Wanita yang akrab di panggil Fadillah mengungkapkan, saat 2013, dirinya pernah bekerja paruh waktu sebagai pembuat makanan tradisional di salah satu home industri serabi gulung. Dari sana, ia bisa membiayai perkuliahannya. “Dari situlah yang melandasi saya untuk mengangkat tema jajanan pasar sebagai bahan penciptaan tugas akhir karya seni,” ungkapnya.
Gadis Bantul itu menambahkan, ini sebagai upaya untuk melestarikan jajanan pasar tradisional yang mulai tergeser dengan camilan kekinian. Di mana Fadillah mengubah jajanan tradisional menjadi kartun agar visualnya dapat menarik anak-anak.
“Saya membuat berbagai variasi motif dari beberapa jajanan tradisional yaitu pukis ayu, ketan nagasari, serabi keraton, lemper ketan, gethuk kawung, gethuk lindri, lupis ketan, dan janur clorot. Motifnya saya ubah dalam bentuk kartun karena terinspirasi dari film animasi Spongebob dan tujuannya agar anak-anak lebih menyukainya,” jelasnya.
Warna yang digunakan dalam karya batik tulis ini adalah warna gelap dan terang untuk menggambarkan karakteristik anak namun tidak meninggalkan kekhasan dari warna batik tradisional. Agar tidak terlalu kaku, motif dimodifikasi dengan motif pendukung seperti daun singkong, singkong, padi, tanaman padi, ukel-ukelan, dan motif lainnya.
“Untuk kain pembuatannya menggunakan mori sebagai bahan utama dalam proses pembutaannya. Karena, kain itu memiliki kualitas yang cukup bagus untuk dijadikan batik dan harganya yang tergolong masih bisa dijangkau,” tambahnya.
Mahasiswa Pendidikan Seni Kriya UNY itu mengungkapkan, proses pembuatan busana anak dengan motif batik tulis jajanan pasar ini melalui tiga proses pembuatan, yaitu tahap eksplorasi, perancangan, dan perwujudan. Tahap eksplorasi dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang relevan mengenai batik tulis, busana anak, dan jajanan pasar.
Tahap perancangan dilakukan dengan membuat motif alternatif untuk mendapatkan motif terpilih yang akan disusun menjadi pola serta desain jadi. Serta tahap perwujudan dilakukan dari mempersiapkan alat dan bahan, proses pembuatan, dan finishing.
“Pertama, kain mori digambari dengan pola yang sudah ditentukan kemudian dilanjutkan dengan membatik kerangka (klowongan) menggunakan canting dan malam. Setelah pola selesai, selanjutnya membatik isen-isen atau mengisi bagian dalam klowongan menggunakan canting kecil, dan di berikan pewarnaan,” pungkasnya. (riz/abd)