Figur  

Inovasi Kaki Palsu, Semangat Annisa Ubah Dunia Medis dengan Teknologi

Annisa Luthfiyah Handayani. (HUMAS/JOGLO JATENG)

TEKNOLOGI berintegrasi dengan seluruh aspek kehidupan, termasuk di bidang medis. Mahasiswi Program Sarjana Teknik Biomedis Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Annisa Luthfiyah Handayani (22) memutuskan untuk menekuni bidang ini dan mampu membuat inovasi kaki palsu.

Ketertarikan Annisa terhadap kesehatan sudah muncul sejak dirinya duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Memasuki sekolah menengah atas (SMA), ia lalu mengambil konsentrasi ilmu pengetahuan alam (IPA).

Jika dulu sewaktu masih kecil ia hanya mengetahui dunia kedokteran hanya seputar penyembuhan, kini seiring berjalannya waktu, pemikirannya semakin berkembang. Annisa melihat dunia medis dengan sudut pandang yang semakin luas.

“Terutama ketika masa pandemi, saya semakin menyadari bahwa kebutuhan di bagian teknologi kedokteran atau alat-alat medis cukup banyak diminati dan dibutuhkan,” ucapnya kepada Joglo Jateng, belum lama ini.

Mahasiswi angkatan 2020 itu mengaku sangat mantap untuk menekuni bidang Teknik Biomedis. Sehingga, ia melakukan riset tentang universitas yang menyediakan program studi ini untuk mendaftar kuliah.

“Saat saya riset tentang universitas yang menyediakan jurusan ini, ternyata Udinus ada. Kebetulan lokasinya juga strategis, jadi saya memilih Udinus. Di Fakultas Teknik Udinus, menerapkan capstone design,” jelasnya gadis kelahiran 2002 tersebut.

Ia menuturkan, di Fakultas Teknik Udinus, tugas akhir tidak hanya berupa skripsi atau paper. Namun, juga harus menghasilkan produk, salah satunya inovasi kaki palsu ini yang merupakan hasil nyata dari hasil pengaplikasian pembelajaran yang ada di semester-semester sebelumnya.

Bagi mahasiswi kelahiran Demak itu, sistem yang diterapkan ini seru dan menyenangkan. Apalagi, untuk tipe mahasiswa yang lebih menyukai praktikal seperti dirinya, sistem ini dapat meningkatkan antusiasme dan semangat mengikuti perkuliahan.

“Seru pakai sistem ini. Apalagi, saya tipe orang yang lebih tertarik dengan praktikal. Jadi untuk hal-hal praktik, yang diaplikasikan secara langsung, itu memacu semangat saya,” ungkapnya.

Selain itu, pada capstone design, tugas akhir dapat dilakukan secara berkelompok. Karya yang dihasilkan harus bisa menyelesaikan suatu permasalahan dan dapat diaplikasikan secara nyata di masyarakat.

Pada kesempatan ini, Annisa bersama tim membuat inovasi kaki prostetik atau kaki palsu untuk menjadi alat bantu bagi masyarakat berkebutuhan khusus. Serangkaian prosesnya berlangsung selama kurang lebih tiga bulan. Dimulai dari tahap awal akuisisi data 3 dimensi dengan mengambil data dari pengguna, proses 3D modelling untuk mendapat model desain dan cetakan yang akan digunakan, hingga tahap pembuatannya.

“Dilakukan juga pengujian terkait fleksibilitas, kekuatan, dan ketahanan material. Kami simulasikan untuk digunakan pengguna dari beberapa versi yang kami buat. Proses simulasi ini ada dua minggu, dan selalu kami monitoring,” ujarnya.

Dalam prosesnya, ia mengaku mendapatkan dukungan dari pihak prodi dan universitas. Baik dalam bentuk bimbingan, maupun penyediaan sarana dan prasarana.

“Harapannya, kaki prostetik yang kami buat tidak hanya sampai di pengguna saja. Tapi, juga bisa disebarluaskan ke teman-teman lainnya yang membutuhkan,” ucap Annisa. (int/adf)