Jepara  

Inayah Wahid Sebut Kolaborasi Penting untuk Pemberdayaan Inklusifitas

HADIR: Putri Presiden RI ke 4 Abdurrahman Wahid, Inayah Wulandari Wahid (baju hitam) saat mengisi Seminar Nasional dengan tajuk 'Gus Dur dan Gagasan Pemberdayaan Inklusif', di Gedung Perpustakaan Lt. 3 Unisnu Jepara, Kamis (25/4/24). (MUHAMMAD AGUNG PRAYOGA/JOGLO JATENG)

JEPARA, Joglo Jateng – Putri Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid, Inayah Wulandari Wahid menyebut, tidak ada pemberdayaan inklusifitas yang baik. Terkecuali, berbagai sektor masyarakat mewujudkannya dengan berkolaborasi.

Hal tersebut, ia sampaikan sewaktu mengisi Seminar Nasional dengan tajuk ‘Gus Dur dan Gagasan Pemberdayaan Inklusif’. Kegiatan ini berlangsung di Gedung Perpustakaan Lt. 3 Universitas Islam Nahdlatul Ulama (Unisnu) Jepara, Kamis (25/4/24).

Statement Putri Bungsu Gus Dur itu, berpijak pada era pemerintahan Orde Baru yang membabi buta dengan identitas. Lain warna suatu hal haram, bahkan intimidasi kerap kali terjadi di berbagai wilayah.

“Meminjam istilah Abdurrahman Wahid, identitas itu seolah-olah haram hukumnya. Itulah yang terjadi di era Orde Baru, yang mana kaum Tionghoa sering menjadi objek penindasan,” papar Inayah Wahid kepada Joglo Jateng.

Dia menceritakan, Gus Dur menemukan beragam identitas setelah berkuliah di Al- Azhar, Mesir. Meski ada perbedaan, seperti warna kulit, di sana malah menjelma sebagai kekuatan bersama.

Setelah mengetahui fenomena itu, tutur Inayah, lantas Gus Dur semakin giat dalam belajar. Sampai datang suatu kesimpulan, dimana identitas bukan untuk membenarkan atau menyalahkan yang lain, tapi untuk hidup berdampingan.

Melancongnya Gus Dur menimba pengetahuan di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir, menurut Inayah, bukan untuk pamer apalagi bersaing. Melainkan dengan tujuan merangkul kaum mustadh’afin (lemah).

“Kesimpulan perjalanan Gus Dur adalah tidak ada pemberdayaan inklusifitas yang baik, selain dengan berkolaborasi,” tegas Inayah diikuti tepuk tangan riuh ratusan peserta dari berbagai Kabupaten dan Kota di Indonesia.

Kegiatan itu turut dihadiri Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Unisnu Mayadina Rochmi Musfiroh, Wakil Rektor 1 Unisnu Mahalli. Juga Ketua PCINU Jerman Muhammad Rodlin Billah melalui Zoom Meet. (map/adf)