Oleh: Ella Izzatin Nada
Mahasiswa S3 Pendidikan IPA UNS/Dosen UIN Walisongo
DALAM beberapa tahun terakhir, energi terbarukan telah menjadi topik yang semakin hangat diperbincangkan, terutama di tengah krisis iklim global dan kebutuhan mendesak untuk mengurangi emisi karbon. Namun, ada aspek penting dari energi terbarukan yang sering kali luput dari perhatian yaitu potensi besar dalam pemberdayaan komunitas lokal. Di berbagai daerah di Indonesia, penggunaan energi terbarukan telah menunjukkan bagaimana teknologi ini dapat membawa perubahan signifikan, tidak hanya dari sisi lingkungan, tetapi juga sosial dan ekonomi.
Di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, misalnya, program Sumba Iconic Island telah mengubah wajah daerah yang sebelumnya mengalami keterbatasan akses listrik. Melalui pembangunan berbagai pembangkit listrik tenaga surya dan mikrohidro, banyak desa yang kini menikmati listrik selama 24 jam penuh. Ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup penduduk, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Misalnya, dengan adanya listrik, pengusaha lokal dapat mengembangkan bisnis rumahan seperti menjahit, pengolahan makanan, dan penyimpanan produk pertanian. (Sumber: Sumba Iconic Island, 2020)
Lebih jauh lagi, proyek energi terbarukan di Sumba ini juga memberdayakan komunitas melalui pelatihan teknis. Warga dilatih untuk merawat dan mengoperasikan pembangkit listrik, yang tidak hanya meningkatkan keterampilan mereka tetapi juga memberikan rasa kepemilikan terhadap infrastruktur energi di daerah mereka. Selain itu, keterlibatan komunitas dalam setiap tahap proyek, mulai dari perencanaan hingga implementasi, memastikan bahwa solusi energi yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan konteks lokal (Sumber: Laporan Sumba Iconic Island, 2019).
Contoh lain dapat ditemukan di Desa Kamanggih, Sumba Timur, yang mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Melalui kerjasama dengan LSM dan pemerintah setempat, masyarakat setempat dapat memanfaatkan aliran sungai untuk menghasilkan listrik. Dampak dari inisiatif ini sangat besar: akses listrik memungkinkan anak-anak belajar di malam hari, fasilitas kesehatan dapat beroperasi lebih baik, dan ekonomi lokal dapat berkembang dengan adanya usaha kecil yang bergantung pada listrik. (Sumber: Warta Desa Kamanggih, 2022)
Namun, tantangan tetap ada. Salah satu tantangan utama adalah pendanaan awal yang cukup besar untuk pembangunan infrastruktur energi terbarukan. Selain itu, perlunya kerjasama antara berbagai pihak seperti pemerintah, swasta, LSM, dan masyarakat sering kali menjadi kendala dalam koordinasi dan implementasi proyek. Meski begitu, dengan kebijakan yang mendukung dan model bisnis yang inovatif, tantangan-tantangan ini dapat diatasi.
Untuk memastikan keberlanjutan proyek energi terbarukan dan pemberdayaan komunitas, perlu adanya kebijakan yang mendukung dari pemerintah. Subsidi dan insentif untuk proyek energi terbarukan, pelatihan dan pendidikan bagi masyarakat lokal, serta kemitraan dengan sektor swasta dapat menjadi pendorong utama. Selain itu, pembelajaran dari studi kasus sukses seperti di Sumba dapat direplikasi dan disesuaikan di daerah lain dengan konteks dan kebutuhan yang berbeda.
Energi terbarukan tidak hanya tentang transisi dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih bersih. Ini juga tentang menciptakan kesempatan baru, meningkatkan kualitas hidup, dan memberdayakan komunitas lokal. Dengan pendekatan yang tepat, energi terbarukan dapat menjadi katalisator perubahan positif yang berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. (*)