Intervensi Stunting, Berikan MPASI pada Anak

JELASKAN: Forum Kesehatan Kelurahan Mojosongo memberikan edukasi dan melayani warga yang membeli makanan pendamping ASI untuk balita di Baby Cafe Bintangku, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. (ANTARA/JOGLO JOGJA)

KOTA, Joglo Jogja – Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus melakukan intervensi pencegahan stunting di wilayahnya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengajak kader PKK dan Posyandu untuk memantau pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) bagi anak bayi yang sudah berusia 6 bulan ke atas.

Penjabat Ketua TP PKK Kota Yogyakarta, Sugiharti Mulya Handayani mengatakan, upaya penanganan dan pencegahan stunting terus dilakukan untuk mencegah kasus stunting baru. Mengingat situasi dan kondisi status gizi balita yang mengalami stunting masih ada di Kota Yogyakarta.

“Tentu para kader sudah memahami ini. Namun perlu mengingatkan kembali masyarakat untuk datang ke Posyandu dan memberikan asupan makanan bergizi seimbang dan pemenuhan MPASI,” ungkapnya, belum lama ini.

Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Yogyakarta Aan Iswanti menambahkan, indikator MPASI masuk dalam 11 intervensi spesifik prioritas dalam percepatan penurunan stunting. Berdasarkan hasil penelitian, ada hubungan signifikan antara pemberian MPASI dini dengan terjadinya stunting.

“Pemberian MPASI juga berpengaruh terhadap status gizi anak. Oleh sebab itu, harus dipastikan pemberian MPASI benar sesuai usia anak dan bergizi seimbang sesuai kebutuhan,” tambahnya.

Ia menambahkan, untuk syarat pemberian MPASI harus tepat waktu, sehingga mampu memenuhi kecukupan energi, protein dan zat gizi mikro. Selain itu, pemberian MPASI harus aman dan benar seperti disiapkan dengan cara higienis dan diberikan secara terjadwal mengikuti respons lapar dan kenyang anak. “Untuk MPASi itu minimal harus  mengonsumsi lima jenis, seperti kacang-kacangan, susu, daging dan sayuran,” paparnya.

Di sisi lain, Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta Sarmin mengungkapkan, berdasarkan data survei kesehatan Indonesia (SKI) angka stunting tahun 2023, angka prevalensi stunting di Kota Yogyakarta adalah 16,08 persen. Sedangkan pada tahun 2022, angka prevalensi stunting di Kota Yogyakarta adalah 13,8 persen.

“Itu menunjukkan adanya fluktuatif prevalensi angka stunting, sehingga harus menjadi perhatian untuk bisa diturunkan. Kami harap keluarga yang memiliki balita, catin (calon pengantin) dan ibu hamil agar datang ke Posyandu untuk mengetahui riil data stunting,” pungkasnya. (riz/abd)