SEMARANG, Joglo Jateng – Aliansi Buruh Kota Semarang telah mendeklarasikan dukungannya kepada kader PDI Perjuangan yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu. Mereka mendukung Mbak Ita, sapaan akrab Hevearita, untuk maju dalam kontestasi Pilwakot Kota Semarang 2024.
Koordinator Jaringan Aliansi Buruh Jawa Tengah (Abjat), Aulia Hakim mengatakan, pihaknya telah sepakat untuk memenangkan Mbak Ita agar kembali memimpin Kota Semarang. Keputusan tersebut tak datang secara mendadak.
“Beberapa hal yang kami kaji, terkait isu-isu strategis sebelum akhirnya kita saring dan menemukan tokoh yang tepat untuk diberikan dukungan, yaitu, Mbak Ita,” ucap Aulia Hakim, belum lama ini.
Ia mengungkapkan salah satu alasan yang mendorong para buruh siap memenangkan Mbak Ita dalam pemilihan wali kota dan wakil wali kota (Pilwakot) Semarang. Yakni karena keberaniannya menetapkan upah minimum kota (UMK) di atas Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2023 Tentang Pengupahan.
“Kami sangat menghargai sekali Mbak Ita memakai dasar Pancasila. Itu yang membuat kami memilih satu pilihan yang bisa membawa harapan kami menjadi kenyataan,” jelasnya.
Aulia Hakim memandang rekam jejak Wali Kota Semarang perempuan pertama itu sangat jelas pro dengan buruh. Ditambah lagi, dengan keputusan rekomendasi kenaikan upah 6 persen.
“Bisa dikatakan kota metropolitan se-Indonesia yang paling berani di atas 6 persen hanya Kota Semarang di bawah pimpinan Mbak Ita, ini kuncinya,” ujar Aulia Hakim.
Dari tahun ke tahun, kata dia, ketika Kota Semarang dipimpin Mbak Ita, iklim investasi secara kasatmata terus meningkat. Kondisi itu juga membuat kesejahteraan buruh di Ibu Kota Jawa Tengah makin tertata.
Ia menegaskan, kekuatan dan semangat buruh untuk memenangkan Mbak Ita dalam pesta politik lima tahunan tersebut tidak main-main. Setidaknya ada enam konfederasi besar di Kota Semarang dengan jumlah puluhan ribu buruh siap bergerak.
“Perlu diketahui, basis yang paling real adalah buruh. Ketika sudah all out, buruh ini punya solidaritas dan militansi. Ini yang menurut kami beberapa kandidat juga mendekati buruh, tetapi hanya menyodorkan istilahnya ‘cek kosong’, dan Mbak Ita yang berani membuat kesepakatan,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Jaringan Kerja Buruh Kota Semarang, Moch Prabowo Luh Santoso mengatakan, rekam jejak Mbak Ita terkait kesejahteraan buruh tak bisa dipandang sebelah mata. Menurutnya, tidak ada investasi, kecuali untuk memajukan kesejahteraan umum.
“Tidak ada politik, kecuali untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari sekian nama, tidak ada seorang pun yang memiliki rekam jejak seperti Mbak Ita,” ujar dia. (int/adf)