Kasus Stunting di Kalurahan Terong Turun

TIMBANG: Terlihat salah satu anak di Bantul saat menjalani proses penimbangan di posyandu, beberapa waktu lalu. (JANIKA IRAWAN/JOGLO JOGJA)

BANTUL, Joglo Jogja – Dalam tiga tahun terakhir, jumlah anak yang mengalami stunting di Kalurahan Terong, Dlingo, Bantul mengalami penurunan. Pada 2022 lalu, dari 300 jumlah anak di Terong yang mengalami stunting sebanyak 35, kemudian pada 2023 12 anak stunting dari jumlah 245 anak, dan di 2024 terdapat 11 anak stunting dari jumlah total 263 anak.

Kasi Kamituwa yang membidangi stunting di Terong Wajar Aly Kakim menyampaikan, anak-anak di Kalurahan Terong yang terdampak stunting dan gizi buruk rutin mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Baik itu PMT dari Dinas Kesehatan (Dinkes) yang disalurkan melalui puskesmas, PMT dari kalurahan, maupun oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB).

“Jadi ada PMT berupa makanan siap saji yang dilakukan puskesmas, lalu kalurahan ada juga PMT berupa susu. Kemudian DP3APPKB memberikan telur sebanyak dua buah per hari,” ungkapnya, Selasa (2/7/24).

Pihaknya mencatat, setidaknya ada 21 anak yang menerima PMT dari puskesmas dan DP3APPKB. 21 anak itu terdiri dari 11 anak terdampak stunting, dan 10 anak yang mengalami gizi buruk. Sedangkan PMT dari kalurahan hanya untuk 5 anak stunting dengan kriteria paling buruk.

“PMT dari puskesmas itu diberikan setiap hari, begitu PMT telur dari DP3APPKB. Lalu untuk PMT berupa susu formula dari kalurahan diberikan seminggu sekali,” terangnya.

Menurutnya pula, anak yang terdampak stunting dan gizi buruk ini berasal dari jenis keluarga yang beragam. Baik itu yang tergolong miskin, memiliki kelainan sejak lahir, atau pun yang mendapat pola asuh yang kurang tepat.

“Sebenarnya untuk stunting ini diukur berdasarkan tinggi badannya yang dipakai puskesmas. Itu kan ada sebagian anak juga yang lahirnya dulu prematur masuk dalam daftar anak stunting. Tapi memang ada juga yang orang tuanya kurang mampu. Jadi macam-macam, ada yang latar belakang pengetahuan ekonomi sedang-sedang saja, tapi karena diasuh oleh nenek atau kakeknya karena orang tuanya kerja, jadi kurang diperhatikan gizinya,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala DP3APPKB Ninik Istitarini sebelumnya mengatakan bahwa pemerintah telah memberikan PMT bagi anak yang terdampak stunting, khususnya bagi keluarga yang masuk golongan miskin. Sehingga di masing-masing kelurahan telah disediakan dapur umum untuk memasak makanan PMT yang akan disalurkan tersebut.

“Pemerintah sudah punya program PMT yang dikhususkan bagi ibu hamil dan balita stunting yang disalurkan oleh Dinkes melalui puskesmas. Itu diberikan terutama bagi keluarga yang masuk dalam kategori miskin. Di setiap kalurahan sudah ada dapur untuk memasak makanan PMT bagi balita stunting,” ujarnya. (nik/abd)