YOGYAKARTA, Joglo Jogja – Jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami peningkatan yang signifikan. Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, hingga Juli 2024, tercatat 2.223 kasus DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Dinkes DIY, Setiyo Harini mengungkapkan, angka ini menunjukkan kenaikan yang tajam dibandingkan tahun sebelumnya. Pada akhir tahun lalu, jumlah kasus hanya mencapai 703.
“Namun, hingga minggu kedua bulan Juli tahun ini, sudah tercatat sekitar 2.223 kasus dengan 5 kematian. Kasus DBD terbanyak terjadi di Gunungkidul dengan total 1.169 kasus dan 3 kematian,” ungkapnya, belum lama ini.
Pihaknya menambahkan, Kabupaten Sleman mencatat 393 kasus dengan 2 kematian, Bantul 297 kasus, Kota Yogyakarta 169 kasus, dan Kulon Progo sebanyak 195 kasus. Menurutnya, kematian tersebut disebabkan oleh keterlambatan penanganan dari masyarakat yang kurang mengenali gejala DBD.
“Masyarakat sering kali menganggap demam yang dialami sebagai demam biasa. Jika demam tidak turun dalam tiga hari, bahkan hanya turun saat diberikan obat penurun panas, masyarakat harus segera waspada dan membawa pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan,” jelasnya.
Lebih lanjut, dirinya menyebut masa kritis DBD berada pada hari ke-5 dan ke-6. Hal ini biasanya ditandai dengan demam yang menurun, tetapi kondisi pasien masih belum sembuh. Maka dari itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat tetap waspada dan berhati-hati dalam penanganan dan pencegahan kasus DBD ini.
“Kesadaran masyarakat dalam menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat penting dalam pencegahan DBD. Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik juga telah kami galakkan, di mana setiap rumah diharapkan menguras penampungan air baik di dalam maupun di luar rumah untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk,” tuturnya.
Menurutnya, genangan air tersebut merupakan tempat potensial bagi nyamuk untuk berkembang biak dan menularkan penyakit. Dengan partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan, diharapkan penyebaran penyakit DBD dapat dikendalikan.
“Kami terus menyediakan layanan kesehatan dan melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya PHBS. Tetapi PHBS juga harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat karena pencegahan ini tidak hanya dilakukan oleh pihak kesehatan. Tetapi juga melalui sinergitas bersama,” tandasnya. (suf/abd)