PURBALINGGA, Joglo Jateng – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Tengah (Bappeda Jateng) melakukan lawatan ke Desa Purbasari, Kecamatan Karangjambu, Kabupaten Purbalingga, pada 18 Juli 2024. Desa tersebut menjadi salah satu desa dampingan Bappeda Jateng dalam upaya pengentasan kemiskinan dan implementasi perencanaan pembangunan dengan melakukan pemberdayaan masyarakat desa.
Program Desa Dampingan merupakan bagian integral dari High Level Gathering CSR untuk Penanggulangan Kemiskinan di Jawa Tengah. Program itu bertujuan untuk mendorong desa setempat untuk melakukan pemberdayaan kepada masyarakat atas segala potensi desa yang ada, dan merupakan satu dari program utama yang diimplementasikan dalam upaya menanggulangi kemiskinan, terutama di 17 kabupaten prioritas di Jawa Tengah.
Kepala Bappeda Jateng Harso Susilo menuturkan, program desa dampingan memberikan dampak positif yang sangat besar untuk peningkatan ekonomi masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan meningkatnya usaha kelompok masyarakat di desa tersebut.
“Ada beberapa fasilitasi kepada desa dampingan kita, seperti bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) kepada korban kebakaran, Bimtek kewirausahaan bersama Dinkop UKM Jateng untuk optimalisasi potensi lokal, pemberian hewan kurban saat Idul Adha untuk mendukung penanganan stunting dan sekaligus penyerahan bendera Merah Putih kepada aparatur desa,” terang Harso Susilo kepada Joglo Jateng belum lama ini.
Lebih lanjut, dikatakan bahwa selama ini telah banyak intervensi yang diberikan pada desa dampingan oleh Provinsi Jawa Tengah. Tak hanya sekadar edukasi, nantinya juga aka nada pemberian bantuan-bantuan usaha ekonomi produktif, yaitu Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Seperti potensi lokal yang ada di Desa Purbasari, seperti usaha pembuatan sapu gelagah, pembuatan kopi robusta, dan potensi wisata yang nantinya bisa menjadi langkah untuk meningkatkan taraf ekonomi warga sekitar.
“Selain itu, untuk bantuan kepada masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan selain RTLH, yaitu bantuan jamban untuk program Open Defecation Free (ODF), atau Stop Buang Air Besar Sembarangan,” tuturnya.
Harso Susilo berharap, nantinya setelah bantuan kepada usaha ekonomi produktif tersalurkan, untuk seluruh masyarakat khususnya yang masuk dalam kelompok usaha, bisa terus meningkatkan produksinya. Dengan begitu, keberlangsungan usahanya dapat terus terjaga, meskipun keuntungan dari setiap dagangannya tidak besar.

“Kami akan terus mendorong kelompok usaha di Desa Purbasari untuk mengembangkan usaha dan peningkatan produksi. Saya harap bantuan yang nanti akan kita salurkan (untuk usaha potensi lokal, Red) dapat berdampak pada ekonomi warga setempat, dan semakin banyak warga desa yang diberdayakan melalui usaha itu,” papar Harso Susilo.
Pj Kepala Desa Purbasari Abdul Basyir menyampaikan rasa terimakasihnya atas perhatian Pemprov Jateng, Khususnya Bappeda Prov Jateng, melalui Program Desa Dampingan yang banyak memberikan manfaat kepada warga. Adapun beberapa fasilitasi di Desa Purbasari yaitu usulan RTLH sebanyak 27 rumah, bantuan jamban untuk program ODF, bantuan usaha ekonomi produktif, dan bantuan air bersih.
“Kami sangat berterimakasih sekali atas bantuan-bantuan yang diberikan, karena sangat bermanfaat untuk masyarakat kami. Kami juga berharap adanya dukungan kepada potensi yang ada di Desa Purbasari. Seperti potensi wisata kolam renang dari mata air pegunungan dan produk unggulan, yaitu kopi dan sapu gelagah,” jelas Basyir, di Kantor Desa Purbasari, belum lama ini.
Lebih lanjut, produk unggulan sapu gelagah yang ada di desanya bahkan sudah mampu merambah pasar internasional, sehingga diekspor ke luar negeri. Akan tetapi, terkadang terkendala oleh jumlah kuota ekspor barang yang belum terpenuhi. Hal itu lantaran produksi sapu yang masih dilakukan secara manual, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.
“Untuk dapat melakukan ekspore produk ke luar negeri kan harus ada standar minimal jumlah barang yang diekspor, kita kadang terkendala itu. Karena produksi kita masih manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memenuhi kuota ekspor,” tegasnya.
Basyir menambahkan, dalam produksi produk unggulan Desa Purbasari, baik itu kopi maupun sapu gelagah, banyak masyarakat desa yang turut dilibatkan. Untuk produksi sapu gelagah sendiri, lebih dari 3 Rukun Tetangga (RT) warga yang turut andil dalam pembuatannya.
Ia menambahkan, adapun potensi desa yang tak kalah menarik, yaitu potensi wisata kolam renang yang berasal dari mata air pegunungan. Saat ini kolam renang di Desa Purbasari sudah beroperasi, hanya untuk anak-anak. Untuk kolam besarnya belum bisa beroperasi karena terkendala permodalan.
“Kami berharap potensi wisata di desa kami dapat di-support, sehingga nantinya kolam renang untuk dewasa bisa beroperasi. Jika kolam dewasa sudah beroperasi, mampu mewadahi ekstrakulikuler renang untuk sekolah-sekolah yang ada di Desa Purbasari, bahkan semua sekolah di Kecamatan Karang Jambu Purbalingga. Pastinya itu nanti akan sangat mendukung ekonomi desa dan warga sekitar,” pungkasnya.(all/sam)