KUDUS, Joglo Jateng – Badan Pusat Statistik (BPS) Kudus merilis data terbaru mengenai indeks harga konsumen (IHK). Dari data menunjukkan bahwa Kabupaten Kudus terus mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut.
Statistisi Ahli Madya BPS Kudus, Agung Kusuma Handoko mengungkapkan, inflasi tahun kalender (ytd) mencapai 0,63 persen per Juli 2024. Hal ini menandakan penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.
“Secara year to date (ytd), Kudus mengalami penurunan dengan inflasi sebesar 0,63 persen. Kita fokus pada inflasi m-t-m (month to month) yang menunjukkan tren deflasi selama tiga bulan berturut-turut,” ujar Agung Jum’at (2/8).
Agung menjelaskan, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga yang menyumbang inflasi. Di antaranya beras mengalami inflasi sebesar 0,04 persen. Beras berada di kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan nilai konsumsi yang sangat tinggi. Kenaikan harga beras terlihat pelan-pelan sejak April hingga Juli.
Cabai rawit mengalami inflasi sebesar 0,04 persen. Harga cabai rawit menanjak sejak April dengan indeks tertinggi pada November 2023. Selanjutnya emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 0,03 persen. Mobil inflasi sebesar 0,02 persen. Taman kanak-kanak inflasi sebesar 0,02 persen.
Adapun beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan menyumbang deflasi yaitu bawang merah deflasi sebesar -0,12 persen. Meski indeks harga bawang merah tertinggi di bulan April selama tiga tahun terakhir, sejak Mei hingga Juli terjadi penurunan signifikan.
Cabai merah deflasi sebesar -0,06 persen. Harga cabai merah tertinggi terjadi pada November 2023, dengan harga terendah di April 2024. Tomat deflasi sebesar -0,03 persen. Telur ayam ras deflasi sebesar -0,03 persen. Kubis deflasi sebesar -0,01 persen.
“Bawang merah mengalami harga terendah pada Agustus 2022. Cabai merah juga menjadi penahan laju inflasi di Juli, dengan harga tertinggi pada November 2023 dan terendah di April 2024,” tambahnya.
Lanjut dia, meskipun ada beberapa komoditas yang menahan laju inflasi, Agung berharap agar tren deflasi ini dapat terus dipertahankan. Salah satunya dengan upaya pengendalian harga yang lebih baik.
“Kami terus memonitor dan mengawasi perkembangan harga komoditas. Khususnya yang memiliki nilai konsumsi tinggi seperti beras dan cabai rawit,” ungkapnya.
Dengan adanya deflasi yang berlanjut, diharapkan kondisi ekonomi di Kudus semakin stabil dan dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat. Terutama dalam hal daya beli dan kesejahteraan. (cr3/fat)