SEMARANG, Joglo Jateng – Sekretariat Milan Urban Food Policy Pact (MUFPP) mempelajari Semar Mrantasi yang merupakan program unggulan ketahanan pangan milik Kota Semarang. Tujuannya untuk meningkatkan berbagai macam strategi pengembangan sistem pangan berkelanjutan.
Untuk diketahui, MUFPP merupakan bagian dari inisiatif global Program Kota Cerdas Pangan. Di mana lebih dari 200 negara berkomitmen untuk mengembangkan sistem pangan perkotaan yang berkelanjutan, inklusif, tangguh, aman, dan ramah iklim.
Ketu delegasi, Mr. Filippo Gavazzeni menilai Kota Semarang menunjukkan sejumlah capaian, inovasi dan kemajuan dalam upaya pemenuhan tuntutan keberlanjutan global yang makin menguat. Menurutnya, program-program ketahanan pangan di Kota Semarang bagus dalam mewujudkan ketahanan pangan berkelanjutan.
“Berharap Kota Semarang dapat menjadi tuan rumah agenda besar MUFPP di tahun 2025 mendatang,” ucapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Joglo Jateng, belum lama ini.
Sementara itu, Asisten Ekonomi, Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat, Hernowo Budi Luhur menyampaikan, program Semar Mrantasi merupakan salah satu program unggulan ketahanan pangan. Program ini merupakan inisiatif yang mengedepankan kolaborasi berbagai stakeholder dalam menjaga ketersediaan pangan yang cukup, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau.
“Filosofi ‘Semar Mrantasi’ diambil dari tokoh imaginer ‘Semar’ yang bijaksana dan ngemong, serta kata ‘Mrantasi’ yang bermakna menyelesaikan permasalahan. Harapannya program ini dapat memastikan terpenuhinya kebutuhan pangan warga kota Semarang secara berkelanjutan, dengan tetap menghormati nilai agama, keyakinan, dan budaya yang ada di masyarakat,” jelasnya.
Ia menambahkan, salah satu rangkaian program dari Semar Mrantasi adalah inisiatif Remaja Putri Sehat Aktif Produktif (Putri Sakti). Hal tersebut guna mengedukasi pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) di kalangan remaja putri SMP.
Selain itu, program ini juga memperkenalkan detektif pangan atau KADER B2SA di Sekolah Dasar. Program itu sebagai upaya membentuk karakter pola konsumsi B2SA sejak usia dini bebas stunting.
“Pemberian bantuan pangan juga diberikan kepada warga kurang mampu dan berpotensi stunting melalui ATM beras dan program Semawis dan Duta Petani Milenial. Sementara untuk program budi daya pangan dilakukan dengan mendorong melalui urban farming, Perkampungan Pertanian Terpadu Semarang Seribu Polybag, Ayam dan Kelinci (Perdu Semerbak) dan banyak program lainnya,” terangnya.
Untuk memastikan kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat, kata Hernowo, pihaknya juga meluncurkan layanan mobil laboratorium keamanan pangan yang bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap jajanan yang dijual di depan sekolah dan lingkungan sekitar, serta pasar tradisional. Adapun pengecekan dilakukan untuk mencegah masuknya bahan berbahaya seperti boraks, formalin, pewarna makanan (rhodamin B dan methanol yellow), dan lainnya ke dalam jajanan yang dikonsumsi para siswa. (int/adf)