KUDUS, Joglo Jateng – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus telah menyiapkan berbagai cara untuk mengatasi kekeringan di wilayahnya. Meskipun, musim kemarau tidak separah tahun lalu, namun saat ini masuk dalam La Nina.
Kepala Seksi (Kasi) Kedaruratan BPBD Kudus, Ahmad Munaji mengatakan, tahun ini cukup berbeda dari tahun lalu. Lantaran, musim kemarau terjadi La Nina. Sehingga kekeringan di Kota Kretek di prediksi tidak separah El Nino tahun lalu.
“Kekeringan ini dimulai Mei sampai September. Diprediksi puncaknya akan terjadi pada Agustus. Sehingga akan dilakukan droping air, namun saat ini masih kondusif,” ungkapnya.
Lebih lanjut, guna mengantisipasi kekeringan, BPBD Kudus tetap melakukan pemantauan desa-desa yang berpotensi mengalami kekeringan. Dengan disiapkan tiga juta liter air bersih yang terdiri dari dua juta air dari corporate social responsibility (CSR), dan satu juta liter dari BPBD.
“Untuk bisa mendapatkan air bersih, perangkat desa bisa langsung menghubungi kita untuk diproses,” imbuhnya.
Ia menambahkan, kekeringan yang masif terjadi di Kudus ini terjadi di delapan desa dan tiga kecamatan. Seperti Kecamatan Jekulo di Desa Gondoharum. Kecamatan Undaan ada dua desa, seperti Kalirejo dan Glagahwaru. Kecamatan Kaliwungu, seperti di Gamong, Papringan, Setrokalangan, Kedungdowo, dan Mijen.
“Diprediksi kekeringan tidak akan separah tahun lalu. Karena setiap desa memiliki Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas),” terangnya.
Ahmad menambahkan, musim kemarau ini masyarakat diharapkan tidak melakukan pembakaran sampah. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan saat musim kemarau berlangsung.
“Jika masyarakat melakukan pembakaran mohon untuk ditunggu. Ini sebagai bentuk pertanggung jawaban mengantisipasi kebakaran. Selain itu masyarakat kami imbau untuk memperhatikan alat-alat elektronik di rumah. Karena korsleting listrik salah satu pemicu kebakaran,” pungkasnya. (riz/fat)