Tingkatkan Kunjungan, Desa Wisata di Kudus Unggulkan Budaya & Alam

RAMAI: Nampak padatnya kunjungan wisatawan di Desa Wonosoco tepatnya area Alas Jati sebagai lokasi Pasar Sarwono yang juga dekat dengan camping ground, belum lama ini. (DOK. PRIBADI/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng –Desa Wisata di Kabupaten Kudus terus berupaya memanfaatkan sektor budaya dan alam untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Tercatat, kunjungan wisatawan pada periode Januari hingga Juni 2024 tembus sebanyak 1.830.181 pengunjung.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kudus, Mutrikah melalui Kasi Destinasi Wisata, M. Aflah menilai, desa wisata dengan kunjungan paling banyak didominasi Desa Wonosoco, Undaan. Lebih lagi paket camping ground yang terletak di area sebelah timur gedung kesenian dan Pasar Sarwono Alas Jati menjadi favorit.

“Bumi perkemahan di sana sangat efektif. Tidak hanya menawarkan lahan tetapi juga kawasan sekitar Gunung Kendeng bisa digunakan aktivitas perkemahan seperti hiking oleh sekolah atau komunitas,” ujarnya kepada Joglo Jateng, Senin (5/8/24).

Aflah menambahkan, pelanggan tetap gamping ground tersebut bahkan tak hanya dari wilayah Kudus. Tetapi juga Pati, Grobogan dan Demak.

Baca juga:  KPU Jateng: 3 Daerah Lawan Kotak Kosong

“Akses jalan ke lokasi juga sudah bagus. Mereka juga bisa menikmati beberapa lokasi wisata seperti goa-goa alami, kolam renang, kebun binatang mini, jalur trekking, titik-titik swafoto, dan kendaraan ATV untuk berkeliling lokasi wisata,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut dia, beberapa desa wisata lain juga berusaha mengembangkan potensi kebudayaan. Misalnya kemeriahan kirab yang dilakukan Desa Kaliwungu di momen Haul Mbah Rogomoyo terbukti mengundang banyak kunjungan dari luar.

“Demikian ini juga dilakukan di Desa Karangrowo di momen apitan san suronan. Dan seperti yang kita lihat di Desa Kauman di acara buka luwur tentunya mengundang puluhan ribu pengunjung,” sambungnya.

Termasuk tempat-tempat yang jadi tujuan yaitu Desa Rahtawu, Desa Colo bahkan Desa Menawan dengan ragam even yang disajikan. Menurut Aflah, hal demikian itu merupakan inovasi dan upaya desa wisata di Kudus dalam menarik minat pengunjung.

Baca juga:  Ini Keuntungan Beli Paket Data Telkomsel di Bima Mobile Bank Jateng

“Banyak sektor yang bisa dimanfaatkan oleh desa wisata agar tetap berkembang. Sehingga tidak ada alasan ketika yang telah bergelar desa wisata tidak ada pergerakan untuk maju,” tandasnya.

Pihaknya juga mengimbau agar desa wisata terus menginovasikan potensi yang dimiliki. Agar nantinya saat evaluasi keaktifan desa wisata mereka bisa melaporkannya dengan baik.

“Kami selalu lakukan evaluasi terhadap desa wisata. Dan kita libatkan teman-teman mulai dari asosiasi pariwisata Kudus, unsur akademis dan pelaku,” bebernya.

Adapun beberapa desa yang sempat ingin mengajukan menjadi desa wisata yaitu. Desa Langgardalem, Desa Lau, Desa Gondoharum, Desa Getas Pejaten serta Desa Gondangmanis. Kelima desa tersebut harus memenuhi 24 persyaratan sehingga butuh proses yang tidak sebentar.

Baca juga:  Manfaatkan SPAM Regional untuk Suplai Air

“Kami selalu mendukung dan melayani bagi yang ingin maju desa wisata. Akan tetapi mereka juga harus pro aktif,” tegas Aflah.

Sementara itu, papar dia, saat ini Desa Wisata Japan sebagai perwakilan Kudus, sedang proses mengikuti ajang Gelar Desa Wisata Jawa Tengah. Dengan mengangkat tema negeri kopi kembali lestari, diharapkan, minimal Desa Japan bisa masuk di posisi 6 besar.

“Saat ini tahap pelengkapan administrasi dan video. Dan nantinya akan ada visitasi lapangan yang menilai terkait kunjungan wisata, pendapatan bulan ke bulan, pelibatan masyarakat dan perempuan hingga mitigasi bencana. Harapannya minimal bisa di posisi 6 besar,” harap Aflah.  (cr1/fat)