Wali Kota Semarang Dorong Penerapan Biopori dan Pengolahan Sampah Organik

AKTIVITAS: Wali Kota Semarang Hevearita G Rahayu menghadiri peluncuran Gerakan Pembuatan Lubang Resapan Biopori di Jalan Argopuro, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur, belum lama ini. (HUMAS/JOGLO JATENG)

SEMARANG, Joglo Jateng – Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu mendorong penerapan lubang resapan biopori dan pengolahan sampah organik di berbagai kawasan Kota Atlas. Tujuannya untuk mencegah banjir dan mengurangi volume sampah organik.

Hal itu disampaikan dalam kegiatan yang diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, belum lama ini. Yakni peluncuran Gerakan Pembuatan Lubang Resapan Biopori. Kegiatan itu dilaksanakan di Jalan Argopuro, Kelurahan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur. Kegiatan tersebut juga diikuti oleh sejumlah OPD seperti DLH, Disperkim, DPU, lurah hingga camat dan Forkopimda Kecamatan Gajahmungkur.

“Meski biopori sudah dikenal luas, namun implementasinya di Kota Semarang masih belum optimal. Sebenarnya sih kalau biopori ini sudah umum ya, hanya penerapannya itu yang belum masif,” ucapnya melalui keterangan tertulis yang diterima Joglo Jateng.

Baca juga:  Perkuat Sinergitas melalui Penyuluhan Hukum Serentak

Selain itu, Mbak Ita, sapaan Hevearita menjelaskan pentingnya pemanfaatan daun-daun kering yang sering ditemukan justru tidak diangkat oleh petugas kebersihan. Padahal, daun kering bisa dimanfaatkan dan dimasukkan ke dalam biopori untuk dijadikan kompos yang bermanfaat.

“Manfaat biopori itu adalah pertama untuk peresapan air di saat hujan. Ini adalah antisipasi untuk menghadapi musim penghujan yang akan datang. Kemudian, yang kedua, daun-daun yang rontok ini bisa dimanfaatkan menjadi kompos sehingga tidak perlu harus beli pupuk,” jelasnya.

Lebih lanjut, kata Mbak Ita, pihaknya menekankan pembuatan biopori di jalan-jalan protokol Kota Semarang, terutama di daerah yang sering mengalami genangan air saat hujan. Seperti Jalan Pahlawan dan Jalan Pemuda.

Baca juga:  Paslon Independen Tegal dan Sukoharjo tidak Lolos

“Nah Saya minta ini utamanya di jalan-jalan protokol. Seperti kita tahu kalau setiap hujan itu kan selalu tergenang seperti Jalan Pahlawan atau Jalan Pemuda, ada genangan. Sehingga ini (biopori, Red.) juga bisa membantu air itu tidak semua masuk drainase, tetapi juga masuk ke dalam biopori-biopori,” ujar Mbak Ita.

Pemkot Semarang, lanjutnya, menargetkan pembuatan 5.000 titik biopori di berbagai titik Ibu Kota Jawa Tengah. Dimulai dengan 100 titik di enam jalan utama, yaitu Jalan Sultan Agung, Jalan S. Parman, Jalan Diponegoro, Jalan Pahlawan, Kalisari, dan Jalan Pemuda. Selain itu, DLH juga akan memperbanyak biopori di 17 titik ruang terbuka hijau (RTH) yang tersebar di 11 kecamatan.

Baca juga:  Andika-Hendi Pendaftar Pertama di KPU Jateng

Ia menambahkan, DLH juga telah membuat dan menyosialisasikan pembuatan biopori di lokasi-lokasi yang terdapat Program Kampung Iklim (Proklim). Sementara untuk saat ini terdapat 97 Proklim yang tersebar di seluruh Kota Semarang.

Mbak Ita berharap, adanya peluncuran Gerakan Pembuatan Lubang Resapan Biopori ini tidak hanya menjadi acara seremonial semata. Namun, diupayakan agar terus berkembang menjadi budaya yang meluas di masyarakat.

“Semoga ini bisa menjadi salah satu solusi pencegahan banjir dan pemanfaatan sampah organik menjadi kompos untuk pupuk di wilayah-wilayah Kota Semarang,” harapnya. (int/adf)