Dosen Stikes Cendekia Utama Ungkap Penyebab Maraknya Kasus Cuci Darah Anak

Dosen Kesehatan Masyarakat Institut Teknologi Kesehatan Cendekia Utama (Itekes), Ervi Rachma Dewi. (UMI ZAKIATUN NAFIS/JOGLO JATENG)

KUDUS, Joglo Jateng – Kasus cuci darah yang dialami anak kembali mencuat akibat banyak ditemukan gangguan ginjal pada anak  hingga harus menjalani tindakan cuci darah di salah satu rumah sakit di Jakarta. Hal tersebut turut mendapat perhatian dari berbagai pihak, termasuk Pakar Kesehatan Institut Teknologi Kesehatan (Itekes) Cendekia Utama, Ervi Rachma Dewi.

Ia menjelaskan, gagal ginjal merupakan kondisi dimana terjadi penurunan fungsi ginjal dalam menyaring limbah hasil metabolisme dan membuang racun. Sisa-sisa metabolisme yang seharusnya dikeluarkan oleh sistem kemih akhirnya menumpuk di ginjal. Dalam jangka panjang akan mengakibatkan gagal ginjal. Namun, Ervi menilai cuci darah atau hemodialisis pada anak bukanlah fenomena yang baru terjadi.

“Sebetulnya kasus cuci darah pada anak ini memang sudah biasa dilakukan dan sudah sering terjadi. Ada banyak pasien anak cuci darah di RSCM. Karena hanya di rumah sakit tersebut yang memiliki unit dialisis khusus anak-anak,” jelas Dosen Kesehatan Masyarakat Itekes saat ditemui Joglo Jateng.

Ia membeberkan, faktor penyebab kasus gagal ginjal yang terjadi pada anak-anak yang menjalani cuci darah diantaranya karena kelainan kongenital atau kelainan bawaan sejak lahir. Yaitu sindrom nefrotik, dan bentuk ginjal yang abnormal seperti bentuk ginjal yang kecil dan kista ginjal.

“Kelainan ini menyebabkan ginjal yang berfungsi menyaring limbah hasil metabolisme dan membuang racun tidak berfungsi sebagaimana mestinya,” bebernya.

Selain karena kelainan bawaan, lanjut Ervi, gagal ginjal pada anak juga bisa disebabkan karena obesitas. Ia menilai obesitas juga disebabkan gaya hidup yang tidak sehat.

Paling banyak adalah pola makan yang tidak sehat. Diantaranya sering mengkonsumsi minuman manis berkemasan, makanan cepat saji, dan makanan berkalori tinggi.

“Ini tentu menjadi alarm bagi seluruh pihak baik dinas terkait bahkan orang tua. Bahwasanya kita tahu es teh kekinian memiliki kadar gulanya cukup tinggi. Ataupun makanan yang kurang sehat dan tidak higienis. Keduanya sering dikonsumsi anak-anak kita,” tandasnya.

Ditambah lagi dengan kurangnya aktivitas fisik yaitu olahraga. Ervi menilai termasuk anak-anak yang kecanduan gadget juga akan menganggu perkembangan tubuhnya.

“Kurangnya aktivitas fisik ini dapat menumpuk kalori dan parahnya dapat menyebabkan gagal ginjal. Padahal aktivitas fisik ini bisa membakar kalori dalam tubuh,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, pihaknya berharap ada perhatian khusus dari dinas terkait terutama untuk memberikan edukasi preventif. Sekaligus memberikan kebijakan untuk mencegah gagal ginjal pada anak. Sementara terhadap orang tua, harus lebih aware dan sadar untuk menjaga anak-anak dari lifestyle yang kurang sehat.

“Harus ada promosi edukasi yang bersifat tegas dan para orang tua juga harus lebih memerhatikan keluarga untuk menyiapkan makanan sehat dan perilaku atau pola asuh yang sehat juga,” harapnya.  (cr1/fat)