Kenalkan Sejarah Kampung Sekayu di Dalam Kafe

SUASANA: Sejumlah pengunjung saat menikmati hidangan makanan dan minuman berciri khas sejarah Semarang di Kafe Gethe Jalan Sekayu Masjid, Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah, Rabu (7/8/24). (FADILA INTAN QUDSTIA/JOGLO JATENG)

ADA banyak cara untuk memperkenalkan sejarah dan budaya suatu wilayah kepada anak muda dan turis mancanegara. Kafe Gethe menjadi salah satu dari banyaknya tempat yang memiliki konsep mengenalkan potensi sejarah Kampung Sekayu.

Kafe Gethe beralamatkan di Jalan Sekayu Masjid, Kelurahan Sekayu, Kecamatan Semarang Tengah. Berada tepat di depan tempat tinggal Almh. NH. Dini, sastrawan asal Semarang. Mulai buka dari pukul 13.00 sampai 22.00.

Pemilik Kafe Gethe, Ari Purbono (50) mengukapkan, awalnya konsep kafe ini dirintis bersama kelompok swadaya masyarakat bernama Kampung Tematik. Pada saat itu, ia melihat banyak sekali masyarakat lokal yang sering kali berziarah di sekitar Kampung Sekayu dan bertanya tentang kampung ini.

“Dan kita (warga Sekayu, Red.) juga punya tugas untuk memperkenalkan kampung ini bagaimana mengenalkan anak muda kepada sejarah dan cinta kepada budaya. Akhirnya kita mikir karena kampungnya dekat dengan mall, kita buka kafe. Nah konsep ini ada agar sambil mereka menikmati menu mereka juga bisa belajar sejarah,” ucapnya saat ditemui Joglo Jateng, Rabu (7/8/24).

Baca juga:  Tekankan Pentingnya Atur Penggunaan Gawai pada Anak

Nama Gethe berasal dari bahasa Semarangan yang artinya ‘kemari’. Uniknya, kenamaan ini merupakan masukan dari salah satu ini budayawan di Semarang yang waktu itu merasa prihatin karena bahasa ini mulai pudar.

Akhirnya terciptalah nama Kafe Gethe yang mulai dibuka pada akhir tahun 2022. Ari mengaku awalnya merasa kesusahan untuk mencari pemodal karena masih kurang banyak diminati. Atas pertimbangan, akhirnya dipergunakanlah dana dari istri yang berasal dari jualan tanaman yang lumayan laris pada saat itu.

Nama-nama dari menu makanan dan minuman di Kafe Gethe diakui sangat unik. Mulai dari Kopi Mas Wali, Kopi Mas Dewan, Kopi Mbak Sholeh, Es/Panas Kopi Susu Kramatjati hingga Kopi Santan Sekayu. Sementara, untuk makanannya ada Nasi Babat Sekayoe, Nasi Gongso Kepatihan, Sego Ghodog Sekayo dan masih banyak lagi.

Baca juga:  Jateng Dinilai Punya Komitmen Kuat Lindungi Pekerja Sektor Perikanan dan Kelautan

“Ketika baca menu-menu di sini kami memang sengaja memperkenalkan kampung ini. Ada wedang NH Dini, Mie Goreng Kepatihan. Sekayu ini pernah menjadi pusat pemerintahan pada 1670 tidak heran Balai Kota, kantor DPRD berada di wilayah ini. Mengulang sejarah,” jelas Ari.

Makanan dan minuman di sini masih sangat terjangkau. Mulai dari Rp 1 ribu – Rp 25 ribu.

“Semua suka, tetapi kalau menu favorit yang sering dibeli kopi luwak,” imbuh Ari.

Dalam konsep arsitektur, tempat ini memiliki tiga tema yang berbeda-beda. Antara lain sejarah kopi, teh hingga Kampung Sekayu itu sendiri.

Baca juga:  Garda Bangsa Jateng Siap Hadang Siapapun yang Ganggu PKB

Sembari menikmati makanan dan minuman pengunjung bisa melihat berbagai macam karya dan pernak-pernik sejarah dari kampung ini. Mulai dari lukisan tokoh terkenal, buku sejarah hingga miniatur Masjid Sekayu.

“Ada sekitar 150-200 orang per hari dan itu semua kalangan dari muda sampai tua. Turis mancanegara juga banyak yang ke sini itu dari Pakistan, Kazakhstan, Uni Soviet, Prancis, Polandia, Belanda, Inggris, Rusia, Timor Leste, Thailand, Filipina,” terang Ari.

Ia menyampaikan, setelah Kafe Gethe viral di sosial media, mulai banyak anak-anak muda yang mulai membangun kafe dengan konsep sejarah dan budaya. Meski begitu, ia merasa tidak tersaingi dan bangga karena berhasil membuat mereka menjadi terinspirasi membuat konsep yang sama. (int/adf)