SEMARANG, Joglo Jateng – Dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mengambil langkah strategis dengan mengimplementasikan transformasi layanan primer kesehatan. Salah satunya dengan mengoptimalisasikan peran Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) di seluruh Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono menyampaikan posyandu merupakan ujung tombak layanan kesehatan di tingkat masyarakat. Pengintegrasian layanan primer kesehatan melalui posyandu ini menjadi langkah strategis guna memperkuat layanan kesehatan dasar. Sekaligus meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya ibu dan anak.
Dante menyebut dari studi evaluasi di berbagai tempat di dunia, angka belanja kesehatan atau angka inflasi kesehatan selalu lebih tinggi dibanding Gross Domestic Product (GDP) atau pergerakan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa angka biaya kesehatan semakin lama semakin naik. Jika tidak dibenahi, maka akan menyebabkan negara itu bangkrut.
Kendati demikian ada dua negara yang inflasi kesehatannya lebih rendah dibanding GDP, yakni India dan Kuba. Negara-negara ini, kata Dante, melakukan pendekatan preventif dan promotif yang agresif bukan kuratif. Jadi yang diobati adalah orang yang belum sakit supaya tidak jatuh sakit, dari pada melakukan pembiayaan terhadap orang yang sudah sakit.
“Karena itu kita melakukan trasnformasi yang pertama (layanan primer kesehatan),” jelas Dante melakukan kunjungan ke Rumah Sakit Kariadi untuk melihat Integrasikan Layanan Primer Kesehatan dan Rujukan, belum lama ini.
Ia menambahkan integrasi layanan prime (ILP) paling dasar dilakukan di Puskesmas. Namun jumlah Puskesmas di Indonesia masih belum merata dan memadai. Selain itu juga masih ada kesenjangan, di mana Puskesmas di daerah khususnya wilayah 3T masih banyak kekuranga alat dan tenaga kesehatan. Sedangkan puskesmas di kota besar cenderung lebih komplit.
“Jumlah Puskesmas di Indonesia kurang lebih ada 10 ribu. Jumlah penduduknya 270 juta orang, ini nggak cukup kalau 10 ribu (puskesmas) harus melayani 270 juta orang untuk promosi dan edukasi tentang kesehatan,” bebernya.
Pihaknya pun menganalogikan layanan kesehatan dengan mesin ATM yang jumlahnya mencapai 300 ribu di Indonesia, jadi mudah dijangkau masyarakat. Jika ingin edukasi kesehatan benar-benar sampai di masyarakat hingga tingkat RT dan RW, satu-satunya yang menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan kesehatan di masyarakat di tingkat desa atau kelurahan hanya Posyandu.
“Jadi Posyandu itu jumlahnya ada 300 ribu, kita kalau ingin edukasi kesehatan salah satu adalah harus menggandeng Posyandu. Jadi kita membuat integrasi puskesmas kecamatan dengan Puskesmas Pembantu dan Posyandu, ini namamya integrasi layanan primer, nah ini sedang bangun di Indonesia supaya ini bisa membantu edukasi masyarakat,” tegasnya.
Menurutnya persepsi masyarakat tentang Posyandu harus diubah. Sekarang Posyandu tidak hanya untuk menimbang berat badan bayi ataupun vaksinasi saja, melainkan sudah ada Posyandu lansia, remaja, dan dewasa dimana melalui program ini kegiatan promotif dan preventif lebih mudah.
“Ini akan kita garap dalam beberapa tahun ini. Sehingga makin berkembang dan kerangkanya sudah kita turunkan kebutuhan Posyandu sudah kita penuhi, kebutuhan alat timbang sudah kita penuhi,” ucapnya. (luk/gih)